KAIRO -- Konflik perpecahan berdarah di Mesir menemui titik terang
setelah kedatangan juru damai dari Uni Eropa (UE), Catherine Ashton.
Kedua pihak yang bertikai telah bersepakat untuk menghindari kekerasan.
Perdamaian
ini, kata Ashton, merupakan kesimpulan pertemuannya dengan pemimpin
militer, oposisi, dan Ikhwanul Muslimin. "Dari semua pertemuan,
kesimpulan yang saya ambil, tidak ada tempat bagi kekerasan dan
demonstrasi yang berlangsung damai itu jauh lebih penting," katanya,
Selasa (31/7).
Kepala Kebijakan Luar Negeri UE ini menegaskan,
kehadirannya di Negeri Piramid itu untuk mendamaikan Mesir, bukan
mendikte rakyat Mesir. Ashton merupakan satu-satunya tokoh internasional
yang diterima semua pihak yang berseteru.
Pada hari pertamanya
di Mesir, Senin (29/7), Ashton bertemu pemimpin militer Jenderal Abdul
Fatah al-Sisi, Presiden interim Mesir Adly Mansur, dan pemimpin oposisi
sekaligus Wakil Presiden interim Mesir Muhammad el-Baradei.
Pada
Selasa, militer membawa Ashton menggunakan helikopter meninggalkan Kairo
menuju tempat penahanan Mursi. Bagi Mursi, pertemuan dengan Ashton
merupakan kontak pertamanya dengan dunia internasional setelah terguling
pada Rabu (3/7).
Pada awal pertemuan, Ashton menyampaikan salam
dari semua orang kepada Mursi. Mursi pun membalas salam itu. Setelah
berbicara dua jam dengan Mursi, Ashton mengatakan, Mursi dalam kondisi
sehat. Dia menolak menyampaikan isi pembicaraan dengan tokoh Ikhwanul
Muslimin itu.
Ashton ingin memastikan kepada keluarga Mursi bahwa
Mursi baik-baik saja. Mursi tidak buta informasi dan tetap memiliki
akses pada media massa. Namun, aktivis Partai Buruh di Inggris ini tidak
mengetahui di mana dia berada. Mursi dikabarkan menjalani penahanan di
sebuah fasilitas militer.
Meski begitu, kondisi di lapangan belum
menunjukkan adanya perdamaian. Ikhwanul Muslimin tetap menjalankan aksi
dalam skala kecil, menolak rekonsiliasi, dan menyerukan demonstrasi,
Selasa ini. Pemerintah juga tampak tak ingin berdamai dengan pihak
Ikhwanul Muslimin dan akan menegakkan hukum kepada kelompok yang
mengganggu.
Delegasi Ikhwanul Muslimin, Ali Bishr, mengatakan,
pertemuan Ashton bersama kelompok pendukung Mursi tidak menuntut
harapan. Ali menegaskan, gagasan rujuk tidak akan digubris jika militer
tidak memulihkan kepemimpinan Mursi. Ikhwanul Muslimin mengingatkan
rekonsiliasi bisa berjalan jika semua faksi setuju menempatkan
Konstitusi 2012 sebagai dasar hukum yang sah.
Menteri Luar Negeri
Prancis Laurent Fabius meminta Mursi dibebaskan. Amerika Serikat (AS)
mengutuk keras tragedi pembantaian demonstran pendukung Mursi pada Jumat
(26/7) dan Sabtu (27/7) yang menewaskan 72 orang. Paman Sam mengkritik
pemerintahan sementara dan militer lantaran abai terhadap unsur-unsur
demokrasi