Selain mengecam pemberitaan tendensius Republika
terhadap FPI atas kasus bentrokan di Kendal dan Lamongan, Ketua Umum
FPI, Habib Rizieq Syihab mengingatkan bahwa dulu Republika didirkan oleh
umat Islam.
Habib
pun mempertanyakan, apakah Republika yang digadang-gadang merupakan
media Islam, kini menjadi media liberal karena dipimpin Erick Thohir.
“Kalau
mau turunkan berita tentang FPI, wajib tabayyun dulu ke FPI, atau
memang Republika sudah menjadi media liberal karena dipimpin Erick
Tohir?” tegas Habib Rizieq Syihab melalui pesan singkat yang diterima
redaksi voa-islam.com, Selasa (13/8/2013).
Habib Rizieq juga mengingatkan bahwa dahulu Republika didirikan dengan menggunakan uang umat Islam, bukan Erick Thohir.
“Ingat!
Republika didirikan dengan uang umat bukan uang Erick Tohir!!! Harap
disampaikan ke semua jajaran pimpinan Republika,” ungkapnya.
Selain
itu, Habib Rizieq juga mengklarifikasi bahwa FPI tak terlibat dalam
kasus bentrokan di Lamongan, sebagaimana pernyataan DPD FPI Jatim.
Pertama,
bahwa sejak pelantikan pengurus baru DPD FPI Jatim dan DPW FPI Se-Jatim
oleh DPP FPI pada tahun 2010 bahwasanya DPW FPI Lamongan tidak termasuk
yang dilantik.
Kedua,
bahwa DPW FPI Lamongan sejak tiga tahun lalu telah dibekukan oleh DPP
FPI atas permintaan DPD FPI Jatim akibat tidak disiplin dan menganggap
DPP FPI sebagai Thagut karena tunduk kepada hukum negara.
ketiga,
bahwa peristiwa Lamongan adalah murni peristiwa bentrokan antara dua
kelompok masyarakat yang tidak ada kaitan dengan FPI mana pun.
Republika, Erick Thohir dan Film “?”
Untuk diketahui, seperti dikutip situs Wikipedia,
Republika awalnya adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan
komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan
puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya para wartawan
profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang
telah menempuh berbagai langkah. Republika terbit perdana pada 4
Januari 1993.
Erick
Thohir, pendiri Mahaka Group kemudian membeli Republika pada tahun 2001.
Karena belum berpengalaman di bisnis media, ia mendapat bimbingan dari
ayahnya serta Jakob Oetama dari Kompas dan Dahlan Iskan dari Jawa Pos.
Grup
Mahaka juga menguasai media umum seperti majalah a+, Parents Indonesia,
dan Golf Digest; Sementara untuk bisnis media surat kabar: Sin Chew
Indonesia; Stasiun TV: JakTV, stasiun radio GEN 98.7 FM, Prambors FM,
Delta FM, dan FeMale Radio.
Bukti
Republika mensponsori film itu itu adalah dengan dimuatnya wawancara
khusus Hanung Bramantyo sepanjang satu halaman penuh di harian ini,
tepatnya hari Rabu, 6 April 2011 pada rubrik wawasan, dengan judul:
“Bukan Film Pluralisme atau Liberal”. Bahkan koran ini pula yang
mengiklankan film “?”, dimana logo Republika terdapat di dalam deretan
sponsor film tersebut.
Saat itu
Front Pembela Islam (FPI) menyatroni Kantor Harian Republika di Jl.
Warung Buncit Raya No.37, Jakarta pada Jum’at (15/4/2011), untuk
menggugat Film tersebut.