Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak turut menyita buku tahlilan
yang bergambar wajah Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro
Yudhoyono alias Ibas saat menggeledah kediaman mantan Ketua Umum Partai
Demokrat, Anas Urbaningrum, di Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Alasannya,
KPK menganggap buku tersebut tidak ada kaitannya dengan kasus dugaan
korupsi Hambalang. "Ada semacam buku tahlil juga, yang ada Ibas. Tidak
disita karena tidak ada kaitannya dengan kasus yang disidik KPK," terang
Juru Bicara KPK Johan Budi di Gedung KPK, Rabu (13/11/2013).
Sementara
itu, menurut Johan, buku tahlilan bergambar wajah Anas disita karena
dianggap penting untuk penyidikan kasus tersebut. Buku tersebut dicetak
pada tahun 2009. "Jadi, itu buku tahlilan yang ada gambarnya Pak Anas
Urbaningrum itu tahun 2009. Penyidik menilai itu penting," kata Johan.
Johan
mengatakan, apa pun yang dianggap tidak berkaitan dengan kasus tidak
akan disita, termasuk jika menemukan sejumlah uang saat penggeledahan.
"Sebenarnya KPK melihat ada uang-uang lain selain Rp 1 miliar. Tapi uang
itu tidak disita karena penyidik menganggap uang itu tidak berkaitan
dengan kasus yang disidik KPK," ujarnya.
Sebelumnya, terkait
penyitaan buku tahlilan itu, Anas melalui pengacaranya, Firman Wijaya,
mempertanyakan alasan KPK yang tidak menyita buku tahlil bergambar Ibas.
Firman menuduh KPK tebang pilih karena menyita buku tahlil bergambar
Anas, tetapi tidak mengambil buku bergambar Ibas.
"Buat kita
satu hal, ada jejak Ibas di rumah Anas. Ada kesan diskriminatif KPK.
Kalau penggeledahan, kita serahkan selama relevan. Selama ini kami juga
kooperatif, tidak ke mana-mana. Tapi yang kami pertanyakan kenapa ada
perlakuan spesial terhadap orang-orang tertentu? Ini yang kami
sayangkan,” kata Firman di Gedung KPK, Jakarta.