dapatakan aplikasi android update berita PKS
Downlod Now
Tifatul Sembiring: Cek & Ricek Itu Penting Agar Tak Ada Penyesalan
JAKARTA (voa-islam.com) – Suatu informasi,
kabar atau berita hendaknya terlebih dulu melakukan cek and ricek, agar
tidak terjadi kesalahan dan berakhir dengan penyesalan. Demikian
dikatakan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring saat
meresmikan Media Center dan
Indonesia Journalist Forum (IJF) di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jl. Menteng Raya 62, Jakarta Pusat, Senin (13/5)
Mengutip QS al Hujurat (6): “
Wahai orang-orang beriman, jika
seorang datang kepada kalian membawa berita yang patut diragukan
kebenarannya, maka selidikilah berita itu dengan seksama. Agar kalian
tidak melakukan tindakan kebodohan terhadap suatu kaum, sehingga kalian
menyesali atas apa yang kalian lakukan itu.”
Adapun Asbabul nuzul turunnya ayat tersebut, seperti dijelaskan
Tifatul Sembiring, adalah ketika Rasulullah Saw memerintahkan sahabatnya
(petugas pemungut pajak) untuk mengambil pajak di suatu kabilah.
Sebelum memasuki kampung kabilah itu, si petugas pemungut pajak itu
melihat ada pasukan seolah akan menghadangnya. Padahal, pasukan yang
disangkanya itu merupakan perwakilan untuk menyambut pemungut pajak yang
ditugaskan Rasulullah.
Belum terjadi dialog, bahkan belum sampai ke kampung kabilah itu, si
pemungut pajak itu bergegas menemui Rasulullah untuk melaporkan apa yang
dilihatnya ihwal pasukan yang menghadang. Lalu turunlah ayat ini, agar
kita terlebih dulu melakukan cek and ricek terhadap suatu informasi atau
berita yang disampaikan.
“Ungkapan fasik dalam ayat itu adalah ditujukan pada sahabat
Rasulullah itu sendiri. Jadi bukan kaum musyrikin atau pun orang kafir.
Itulah sebabnya, Cek & Ricek itu penting. Seseorang bisa mengambil
keputusan yang fatal, apabila tidak terlebih dahulu melakukan cek &
ricek (tabayun), terlebih disaat kritis. Nah, siapa yang mau meluruskan
informasi yang salah ini? Disinilah peran media center dan public
relations menjadi penting sekali untuk meluruskan informasi yang
menyesatkan.”
Peran PR
Diakui Tifatul, sejujurnya umat Islam punya masalah terhadap
komunikasi public. Agar komunikasi dapat terbangun, peran Public
Relations (PR) menjadi penting.
Tifatul memberi contoh, Amerika Serikat sewaktu Perang Vietnam,
sebetulnya tidak pernah menang melawan Vietnam. Tapi, dalam film perang
Rambo, AS bisa menang terus menerus. “Pasukan Hollywood pun dijadikan
sebagai PR untuk menunjukkan kepada public betapa gagahnya tentara AS
seperti Rambo.”
Dijelaskan Tifatul, peran PR penting sebagai mediator antara
organisasi dengan public. Media Center tentu tidak cukup sebagai sarana,
atau sekedar tempat berkumpul. Media Center harus disertai dengan
mengeluarkan pernyataan sikap organisasi secara berkala, baik yang
sifatnya domestic, local maupun internasional. Perlu ada tim PR yang
mengemas, apakah suatu organisasi masih eksis atau tidak.
“Saya juga tidak setuju jika media selalu disalahkan. Setidaknya
peran media center itu bisa membuat press releasenya (setidaknya
terpenuhi unsur 5W+ 1H). Wartawan nanti akan mengutip secara utuh,
terutama yang berkaitan dengan statemen dari Ketua Umumnya. Karenanya,
perangkat kepemimpinan Muhammadiyah harus diback up oleh media center.”
Menurut Tifatul,
image itu perlu. Peran PR lah yang mengemas
image seseorang. Image yang positif akan ditentukan oleh positif kerja
sang PR, begitu juga sebaliknya, negative image akan ditentukan oleh
kerja negative PR.
[desastian]