"Jangan bersedih, Anda memang tidak lagi menjadi Presiden Mesir saja.
Malah kini Anda menjadi Presiden pilihan setiap muslim Arab yang
merdeka!"
Itulah kobaran semangat yang disampaikan Syaikh Raid Shalah, pimpinan
gerakan Islam di Palestina. As-Sisi benar-benar salah perhitungan.
Kudeta telah mengorbitkan sosok Moursi sekaligus jamaah Ikhwanul
Muslimin dan fikrohnya ke seluruh dunia.
Kini As-Sisi diabaikan para komandan Militer. Sebab kesepakatan awal
dengan para komandan divisi, selain dewan Jenderal adalah: militer akan
mendorong referendum untuk memilih Presiden baru atau menjadikan Moursi
sebagai Presiden simbolik, yang tidak powerfull. Namun di lapangan
benar-benar keluar kendali; pembubaran MPR, pembekuan UU, pemakzulan
Presiden, hingga tragedi pembantaian di depan Mako Garda Republik.
As-Sisi kini dihadapkan pada kenyataan pahit: rakyat melawan dirinya. Kairo benar-benar dikepung. As-Sisi menjadi
most wanted
oleh rakyatnya sendiri. Ia bisa bernasib seperti Sadat, Nasser, atau
Khadafi. Ia tak mungkin menggunakan kekuatan militer untuk membasmi
demonstran sipil yang komitmen dengan perdamaian, jauh dari anarkisme,
bahkan demonstran yang tdak pantas dijuluki teroris. Mengingat "jebakan"
berbuat anarkis, tidak ampuh lagi menggiring Ikhwanul Muslimin.
Demontran ideologis. Yaitu demonstran yang siap diam berpuluh-puluh
hari. Bukan demonstran yang sekedar datang, diam 4 jam, kemudian pergi
ke mall-mall. Tapi demonstran yang siap mati, dengan telanjang dada,
demi cita-cita dikembalikannya hak yang dirampas oleh kaum
sekuler-liberal-muslim ambigu yang didukung militer dikembalikan.
Solusi yang kembali dirasa pahit bagi dirinya: Militer akan membantu
mengeluarkan As-Sisi lari dari Mesir ke LN, seperti Zainal Abidin Ben
Ali Presiden Tunis ke Saudi atau Marsekal Madya Syafiq yang dilarikan ke
Emirat Arab. Itu pun jika tidak, As-Sisi harus siap mati dibunuh
pengawalnya sendiri.
Menurut hemat saya, As-Sisi akan dilarikan militer ke bandara untuk
pergi ke tempat pengasingan. Kemudian ia menjadi pengamat di luar,
sembari berharap mudah-mudahan Moursi saat menjadi Presiden mau berbuka
hati memaafkan. Wahai As-Sisi, sekali lagi, sejarah selalu berpaling
dari pengkhianat! []
Penulis :
Nandang Burhanuddin
Pemerhati Dunia Islam dan Timur Tengah
Sumber : Dakwatuna