REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL---Ratusan manajer Korea Selatan melakukan
perjalanan ke pabrik gabungan, di sebelah utara garis perbatasan yang
memisahkan kedua negara Korea. Tetapi mereka yang mencoba memasuki
kompleks Industri Kaesong ditolak izin masuknya oleh Korea Utara.
Juru bicara Kementerian Unifikasi Kim Hyun-suk di Seoul menyatakan
penyesalan mendalam akan tindakan Korea Utara itu. Dia mengatakan
penolakan itu akan memiliki konsekuensi, jika pasokan dan makanan tidak
dapat diisi ulang. Kim mengatakan gangguan ini menimbulkan "kendala
serius bagi operasi yang tepat" kompleks itu.
Dari sekitar 800 warga Korea Selatan yang menginap di zona itu,
sekitar 50 di antaranya diperkirakan meninggalkan tempat itu hari Rabu,
sementara sisanya memilih untuk tinggal di sana, untuk saat ini. Ada
kekhawatiran bahwa, jika pertempuran pecah antara kedua negara, semua
warga Korea Selatan di Kaesong berpotensi menjadi sandera seperti
dilansir situs VOA.
Hari Rabu, Menteri Pertahanan Korea Selatan memberitahu para anggota
partai Majelis Nasional yang berkuasa bahwa "rencana darurat, termasuk
kemungkinan aksi militer," harus disusun kalau-kalau terjadi situasi
yang serius.
Meskipun sekitar 125 perusahaan Korea Selatan memiliki pabrik di
sana, proyek unik itu, yang telah memproduksi barang-barang rumah tangga
sejak tahun 2004, memiliki nilai ekonomi yang besar bagi Korea Utara.
Sekitar 50 ribu dari para pekerja pabriknya adalah warga Korea Utara dan
kompleks itu menghasilkan dua miliar dolar setiap tahun yang sangat
dibutuhkan bagi negara yang miskin dan terisolasi itu.