Kalau kita perhatikan dari berbagai macam media yang ada, baik
elektronik maupun cetak, banyak sekali berita yang mengorek-ngorek aib
orang lain. Terlebih yang diberitakan adalah publik figur yang sangat
dikenal oleh masyarakat luas.
Wahai saudaraku, membongkar aib ini sepertinya telah menjadi suatu
pekerjaan, bahkan menjadi hobi yang dapat menimbulkan kecanduan bagi
orang gemar melakukannya. Mereka menganggap halal perbuatan itu, serta
menganggap perlu untuk memberitakannya kepada khalayak masyarakat.
Ternyata motivasi dibalik semua itu, karena mereka akan meraup
keuntungan yang tidak sedikit dengan pemberitaan itu. Dia merasa puas
kalau pemberitaan itu mempunyai pengaruh yang sangat besar dimasyarakat,
bahkan mampu membelokkan opini masyarakat dengan ekspoitasi berita
tersebut.
Sungguh Allah SWT mengecam orang yang selalu menyiarkan berita buruk
agar diketahui dikalangan orang-orang mukmin, bahkan bagi mereka
disediakan azab yang pediah di dunia dan akhirat.
Sebagaimana firman-Nya:
“
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang
Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka
azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang,
kamu tidak mengetahui.”
(QS. An-Nuur: 19) [2]
Wahai saudaraku, tidaklah patut bagi seorang muslim membuka aib
saudaranya sendiri. Karena dalam Islam menjaga kehormatan sesama
saudaramu yang seiman merupakan satu keharusan dan mesti dijaga dengan
sebaik-baiknya.
Maka sudah semestinya sesama mukmin untuk selalu menutupi aib
saudaranya satu sama lain, hal demikian ini sesuai dengan apa yang
Rasulullah saw perintahkan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits
Nabi saw yang bersumber dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau
bersabda:
“Barang siapa yang melepaskan kesusahan seorang muslim
diantara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskan
kesusahannya diantara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barang siapa
memudahkan orang yang sedang salam kesulitan, niscaya Allah akan
memberinya kemudahan dunia dan akhirat. Dan barang siapa menutupi aib
seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di
akhirat. Allah akan selalu menolong hamba selama ia mau menolong
saudaranya.” (HR. Muslim) [1]
Hadits yang bersumber dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda:
”Seorang hamba yang menutupi aib orang lain di dunia, kelak Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.” (HR.Muslim) [2]
Begitulah seharusnya sikap yang ditunjukkan oleh saudara sesama
muslim. Mereka Allah tutupi aibnya di akhirat, kalau mereka menutupi aib
saudaranya di dunia. Begitu pula dengan aibnya sendiri, janganlah gemar
menceritakannya kepada orang lain. Atau bahkan merasa berbangga diri
dengan membuka aibnya sendiri di depan orang lain, dengan mengatakan ini
dan itu.
Perbuatan demikian sangat dilarang dan dikecam keras dalam Islam.
Sebagaimana dijelaskan di dalam hadits Rasulullah saw, yang bersumber
dari Abu Hurairah ra, ia berkata, saya pernah mendengar Rasulullah saw
bersabda:
“Semua umatku akan diampuni, kecuali orang yang
terang-terangan berbuat dosa. Salah satu contohnya ialah seseorang yang
melakukan suatu pekerjaan (buruk) dimalam yang ditutupi oleh Allah,
tetapi kemuadian pagi harinya ia justru mengatakan, ‘Semalam aku
melakukan ini dan ini.’ Ketika tidur malam aibnya sudah ditutupi oleh
Tuhannya, tetapi pagi hari ia justru membukanya sendiri.’” (HR. Bukhari
dan Muslim) [3]
Allah SWT melarang kita mengorek-ngorek aib orang lain, sebagaimana firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka
(kecurigaan), karena sebagian dari berprasangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Sungguh celaka orang yang berbuat dosa di malam
hari dan Allah SWT tutupi aibnya, tapi ia malah membukanya di siang
harinya dengan menceritakannya kepada orang lain. Begitu pula sungguh
celaka orang yang berbuat dosa di siang hari dan Allah SWT tutupi
aibnya, tapi ia malah membukanya di malam harinya dengan menceritakannya
kepada orang lain. Lebih celaka lagi orang yang suka membuka aib orang
lain dengan menceritakan dan menyebarkannya demi kesenangannya semata.
Semoga kita terjaga dari berbuat demikian, karena kehinaanlah yang
diterimanya bagi siapapun yang berbuat demikian. Bukan hanya kehinaan di
dunia, akan tetapi juga kehinaan di akhirat kelak.
Na’uudzubillahi min dzaalik.
Relakkan mengingatnya walaupun kepada hanya seorang. Allah telah menutup
aib kita, melainkan apabila kita sendiri membukanya. Saya petik satu
hadith terkenal tentang ini;
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia
berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Seluruh umatku
akan diampuni dosa-dosa kecuali orang-orang yang terang-terangan
(berbuat dosa). Di antara orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa
adalah seseorang yang pada waktu malam berbuat dosa, kemudian di waktu
pagi ia menceritakan kepada manusia dosa yang dia lakukan semalam,
padahal Allah telah menutupi aibnya. Ia berkata, “Wahai fulan, semalam
aku berbuat ini dan itu”. Sebenarnya pada waktu malam Tuhannya telah
menutupi perbuatannya itu, tetapi justru pagi harinya ia membuka aibnya
sendiri yang telah ditutupi oleh Allah.” (Muttafaqun ‘alaih HR Bukhari
dan Muslim)..
Dalami agama, supaya tahu mana salah dan mana
betul. Tabir Allah sentiasa kekal tertutup melainkan kita sendiri
membukanya. Tiada istilah memberitahu aib sendiri kepada orang lain
untuk dosa diampun. sejauh mana kita merahsiakan amal-amal baik kita,
rahsiakan jua amal buruk kita. Fikir guna wahyu, mungkin kita sendiri
tidak faham apakah perintah ini.
Dan, tutuplah aib sahabat dan
kenalan, jauhi dari mencari-cari kesilapan dan keburukan. Kerana setiap
orang ada keburukan masing-masing, ada kesalahan masing-masing. Sejauh
mana kita bertaubat, itu bezanya. Semoga Allah bagi kita taufiq.
Wallahu’alam
Dikutip dari :
[1] Lihat,
Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Ibnu Hajar Al-Asqolani, Terbitan AKBARMEDIA, Bab al-Birri wa ash-Shilah (Kebajikan dan Silaturahim)
[2] Lihat,
Riyadhush Shaalihiin,
Imam An-Nawawi, Takhrij Hadits: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani,
Ta’liq: Syaikh Muhammad Shaleh Al-Utsaimin, Terbitan AKBARMEDIA, Bab
menutupi aib kaum muslimin.
[3] Lihat,
Riyadhush Shaalihiin ,
Imam An-Nawawi, Takhrij Hadits: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani,
Ta’liq: Syaikh Muhammad Shaleh Al-Utsaimin, Terbitan AKBARMEDIA, Bab
menutupi aib kaum muslimin.
By Admin
Mohon di luruskan bila ada yang salah