Konstruksi Peradaban
HAL
yang pertama kali saya ucapkan ketika turun dari pesawat Turkish Airline adalah
‘Inilah pertama kali saya menginjakkan kaki di bumi Muhammad Al-Fatih’. Ibnu
Qayyim dan Ibnu Khaldun pernah berbicara panjang lebar mengenai syarat-syarat
sebuah peradaban. Satu diantara syarat peradaban itu adalah masyarakatnya masih
punya harapan. Tak salah jika kita bernyanyi ‘Harapan itu masih ada’.
Suatu
ketika pemerintahan Turki jatuh dibawah kepemimpinan Sultan Abdul Hamid pada tahun
1924. Pada waktu itu Jawa Barat masih sebagian kawasan hutan sedangkan Istanbul
pada waktu itu sudah menjadi kota besar, kota yang memegang peranan penting
bagi dunia. Kemajuan peradaban ini tidak lain disebabkan oleh spirit keagamaan,
spirit keislaman. Dan agama lain menjadi perekat di berbagai belahan dunia
untuk membangun kebebasan, membangun kemerdekaan, dan membangun peradaban dalam
waktu yang bersamaan.
Tentulah
masih kita ingat ketika pemerintahan Umar bin Abdul Aziz bahwa tak seorangpun
yang berhak menerima zakat pada waktu itu. Coba bayangkan dengan peradaban masa
sekarang, tentu sangat jauh berbeda. Kesuksesan di masa itu mereka torehkan
karena mereka berpegang teguh pada nilai-nilai agama.
Inilah
KONSTRUKSI PERADABAN yang sesungguhnya, Allah SWT, Pencipta alam semesta ini
menciptakan manusia. Manusia adalah mahluk pertama di alam semesta ini,
tidaklah mungkin ada kehadiran alam semesta tanpa kehadiran manusia. Bahkan
tidaklah mungkin ada kehadiran alam semesta tanpa hadirnya cinta dari umat
manusia.
‘Kalau tidak
ada cinta dan kasih sayang diantara manusia, Aku tidak akan pernah menciptakan
alam semesta ini’
Tentu karya manusia dibatasi oleh
waktu, selain ada ruang tempat berupa alam semesta. Ternyata manusia dibatasi
oleh ruang dan waktu. Al-Baqarah 38, Allah berfirman “Kalian dipersilahkan
tinggal dibumi untuk waktu yang sudah ditentukan”
Ketika Allah
SWT menciptakan manusia di alam semesta,
pada ruang waktu tertentu. Allah pun tidak meninggalkan manusia tanpa petunjuk.
Allah memberikan petunjuk kepada kita supaya tidak
sesat. Petunjuk itulah yang disebut dengan manhaj atau minhaj. “Dia-lah Allah
SWT yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar” Jadi kita di bumi
ini hidup dengan manual, ada softwarenya yang mengajarkan kepada kita supaya
hidup ini bertujuan yang benar. Baik tujuan dunia maupun akhirat kelak nanti. Oleh karena itu kita diminta untuk
menghadirkan karya-karya yang kita masih dimanfaatkan oleh generasi-generasi
berikutnya.
Secara fisik di Turki banyak karya sejarah,
pembangunnya sudah wafat, hari ini masih kita bisa manfaatkan karya bangunan
fisiknya. Dan karya-karya pikiran ulama-ulama masa lalu. Di Indonesia, saya tinggal di gedung Pakuan. Gedung Pakuan
sebagai tempat tinggal resmi gubernur Jawa Barat dibangun pada tahun 1884, sampai sekarang
masih kokoh. Gedung Sate dibangun
1920, masih kokoh sampai sekarang.
Bandingkan dengan bangunan yang dibangun
anak negeri di masa sekarang ini dengan menggunakan proses tender. Biasanya umur
manusianya masih hidup bangunannya sudah runtuh. Kenapa? Teorinya sederhana,
karena ia tidak berpikir untuk membuat sejarah. Padahal ketika Allah
menciptakan manusia dibumi pada waktu tertentu
Turki adalah salah
satu negeri yang menorehkan peradaban Islam pada masa silam dan mungkin pada
yang masa akan datang. Dan
jangan KHAWATIR, Allah akan mempergilirkan kepada umat manusia kesempatan untuk memimpin peradaban.
Seorang futuristik mengatakan bahwa bangsa-bangsa besar sudah
mengalami, mendapatkan jatah kepemimpinan. Arab sudah, arab bagian barat sudah di Cordoba. Turki sudah. Mongolia
sudah dalam menaklukkan Baghdad. Dan ada satu etnis besar
yang belum kebagian menaklukkan dunia, itulah etnis melayu. Kalau kemudian kita berbicara
peradaban, dan kita berasal
dari Indonesia adalah sangat wajar karena kita bangsa besar yang belum dapat giliran. Dan
Allah akan mempergilirkan dengan cara adil. Insha Allah dimasa depan yang akan datang
memimpin peradaban dunia adalah Indonesia.
Mungkin kita
bertanya untuk apa kita membangun
peradaban? Tentu ketinggian sebuah peradaban adalah cita-cita manusia. Adalah ketinggian visi manusia, visi sekelompok manusia. Adalah ketinggian penghambaan seorang
manusia. Semangat semakin tinggi, semangat
kemajuanpun semakin tinggi. Ketika
kita bercita-cita besar di dunia ini untuk membangun peradaban, itu sama dengan
kita bercita-cita besar membangun akhirat kita untuk hari kiamat nanti.
Manhaj
Islam, Yusuf Qardhawi menjelaskan tentang manhaj keseimbangan, yakni seimbang
dunia dan akhirat. Dalam surat Al-Jumu’ah 9 dan 10. Ketika azan Jum’at
berkumandang tinggalkanlah segala aktifitas duniawi. Tetapi Allah juga kemudian
melanjutkan dengan ‘ketika sholat jumat usai dilaksanakan, maka menyebarlah
keseluruh muka bumi’. Tidak ada konsep tidur siang untuk mencari karunia Allah
serta berzikir; inilah keseimbangan.
Jadi
seorang muslim yang bercita-cita jadi orang kaya, berhak untuk itu. Seorang
muslim yang bercita-cita untuk menjadi orang hebat, berkewajiban untuk itu.
Orang kaya yang bersyukur lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah SWT daripada
orang miskin yang bersabar. Lebih baik jadi orang kaya yang bersyukur daripada
orang miskin yang bersabar. Pilih mana? Islam tidak memisahkan antara kaya dan
syukur, tetapi justru memadukan keduanya dalam waktu yang bersamaan.
Sehingga
salah satu jalan untuk membangaun peradaban adalah orang kaya yang
menggunakan hartanya dalam kebaikan. Karena 9 diantara 10 sahabat yang dijamin
masuk surga adalah pengusaha. Rizki mempunyai 10 pintu, dan 9 pintunya adalah
dengan menjadi pengusaha. Satunya adalah untuk para pegawai. Jadi kalau ada
pegawai yang kaya raya, patut dicurigai. Jangan-jangan hasil korupsi.
Dalam
makro ekonomi sebuah negara dipandang normal kalau 4% dari populasinya adalah
para pengusaha. Cina mempunyai 11% pengusaha dari jumlah penduduknya. Amerika
12% dari penduduknya adalah pengusaha. Singapura 8.5 % penduduknya adalah
pengusaha. Malaysia 3.5% penduduknya adalah pengusaha. Indonesia 0.8%
penduduknya adalah pengusaha. Oleh karena itu pelajar di Turki ini jadilah
pengusaha-pengusaha hebat di masa yang akan datang.
Kembali
ke syarat peradaban yang dibangun manusia. Tak mungkin manusia tersebut
membangun peradaban tanpa memiliki kualifikasi untuk membangun peradaban. Hasan
Al-Banna menyebutkan beberapa kunci kualifikasi manusia pembangun peradaban:
(1) akidah lurus (2) ibadah benar (3) karakter kuat (4) jasmani sehat (5)
pikiran luas (6) mandiri
secara ekonomi (7) kehidupan teratur (8) manajemen waktu kuat (9) bermanfaat bagi masyarakat.
Itu
menurut Hasan Al-Banna, sedang menurut saya, saya meringkasnya menjadi 4
kriteria. Jauh sebelum Erdogan menyebut 4 sebagai symbol Rabia, saya sudah
punya simbol 4 terlebih dahulu. Sejak zaman kampanye. Untuk menggambarkan
wajah-wajah anak Indonesia: (1) cerdas (2) sehat (3) daya saing tinggi dan yang
paling penting (4) taat kepada Allah SWT.
Saya
ingin pelajar Indonesia yang ada di Turki, baik yang pulang maupun tidak pulang
kembali. Jadilah orang-orang hebat. Tahun 1973, China mengirim seratus ribu
lebih anak-anak China ke luar negeri sebagai pelajar. Kebijakan ini dikritik,
kenapa mengirim pelajar banyak sekali ke luar negeri untuk sekolah?
Jangan-jangan nanti tidak pulang. Kemudian pemimpinnya berkata ‘Saya hanya
membutuhkan 10% saja yang pulang’ yang lain biarkan saja diluar. Dan pelajar
yang di utus tahun 1973 tersebut yang membangun Cina modern pada saat ini dengan
GDP terbesar di dunia.
Anda
pelajar Indonesia di Turki, pulang atau tidak pulang ke Indonesia. Tidak ada
persoalan yang penting anda hadir untuk membangun sebuah peradaban yang hebat
dimasa yang akan datang dan bawa nama Indonesia ke Turki dan ketempat-tempat
yang lainnya.
Mudahah-mudahan
pelajar Indonesia di Turki menjadi orang-orang yang hebat, hari ini anda
menjadi pelajar, 15 tahun yang akan datang saya tidak lagi ceramah seperti ini
karena anda sudah masuk kategori orang-orang yang berhasil, orang-orang hebat
baik di Indonesia maupun di tempat lain.[Ahmad Heryawan - Istanbul, Turki]
http://www.islamedia.web.id/2013/10/inilah-pidato-konstruksi-peradaban-kang.html