Prof
Dr dr Dadang Hawari, seorang pakar dalam bukunya Global Effect
HIV/AIDS, ternyata secara Ilmiah Kondom 100 Persen tidak Aman Cegah
AIDS, karena faktnya penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia memang
mengkhawatirkan. Data terbaru menunjukkan pada 2012 jumlah orang yang
telah terinfeksi HIV sejumlah 10.362 orang, 5.686 terinfensi AIDS dan
1.146 meninggal dunia karenanya. orang, 5686 terinfensi AIDS dan 1.146
meninggal dunia karenanya.
Lalu, jika kondisinya demikian apakah
kampanya pemakaian kondom adalah solusi atas persoalan ini?. Jawabnya
adalah tidak. Dari hasil penelitian ilmiah yang sangat banyak terbukti
virus HIV/AIDS bisa menembus kondom. Kondom sendiri sebenarnya dirancang
untuk Keluarga Berencana. Itupun tetap mengalami kebocoran.
Simak fakta mencengangkan berikut ini, beberapa data ini kiranya
dapat menyadarkan kita semua terdapat kontroversi kondom yang selama ini
diperdebatkan:
1) Januari hingga Juni 2013, diketahui jumlah orang yang terinfeksi
HIV mencapai 10.210 orang. 780 orang terinveksi AIDS dan 105 orang telah
meninggal.
Kondom terbuat dari bahan latex (karet), bahan ini merupakan senyawa
hidrokarbon dengan polimerisasi yang berati mempunyai serat dan
berpori-pori. Disamping itu karena proses pembuatan pabrik kondom juga
memiliki lubang cacat mikroskopis atau “pinholes”.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Lytle, et. al. (1992) dari Division
of Life Sciencies, Rockville, Maryland, USA, membuktikan bahwa
penetrasi kondom oleh pertikel sekecil virus HIV/AIDS dapat terdeteksi.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Cary, et. al (1992) dari Division
of Pshysicial Sciences, Rockville, Maryland, USA, menemukan kenyataan
bahwa virus HIV/AIDS dapat menembus kondom. Kondom yang beredar di
pasaran 30% bocor.
4) Direktur Jenderal WHO, Hiroshi Nakajima (1993) menyatakan bahwa efektifitas kondom diragukan.
5) Pernyataan J. Mann (1995) dari Harvard AIDS Institute yang menyatakan bahwa tingkat keamanan kondom (bebas bocor) hanya 70%.
6) Dalam konferensi AIDS Asia Pasifik di Chiang Mai, Thailand (1995)
dilaporkan bahwa pengguna kondom aman tidaklah benar. Pori-pori kondom
berdiameter 1/60 mikro dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila
dalam keadaaan meregang pori-pori tersebut mencapai 10 kali lebih besar.
Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian
jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus kondom.
7) Laporan dari majalah Customer Report (1995) menyatakan
bahwa pemeriksaan dengan menggunakan elektron mikroskop dapat dilihat
pori-pori kondom yang 10 kali lebih besar dari virus HIV (Rep.1/11/95).
8) Pernyataan dari M. Potts (1995), Presiden Family Health
Internasional, salah satu pencipta kondom mengakui antara lain bahwa,
“Kami tidak dapat memberitahukan kepada kalayak ramai sejauh mana kondom
dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh mereka
yang telah masuk kedalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi (seks
bebas dan pelacuran) ini memakai kondom, sama saja artinya menyuruh
orang yang mabuk memasang sabuk kelehernya” (Rep. 12/11/95).
9) Pernyataan dari V. Cline (1995), Profesor Psikologi dari
Universitas Utah, Amerika Serikat, menegaskan bahwa memberi kepercayaan
kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan
kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengan
kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainya, berarti
mereka telah tersesat (Rep. 12/11/95).
10) Pernyataan pakar AIDS, R. Smith (1995), telah bertahun-tahun
mengikuti ancaman AIDS dan pengguna kondom, mengancam mereka yang telah
menyebarkan safe sex sama saja dengan mengundang kematian”.
Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko
penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari
hubungan seksual diluar nikah (Rep.12/11/95)
11) Di Indonesia pada 1996 yang lalu kondom yang diimpor dari Hongkong ditarik dari peredaran karena 50% bocor.
12) Tingkat keamanan kondom (bebas kebocoran) di negara-negara
berkembang rata-rata hanya 70%. Kondom terbuat dari latex yang peka
terhadap sinar (matahari dan lampu), oksigen dan kelembaban. Umur pakai
kondom hanya 5 tahun. Dikhawatirkan, banyak kondom yang diimpor dari
luar negri yang melewati batas waktunya. Penyimpanan yang tidak
hati-hati dapat menyebabkan kondom berjamur, robek bahkan copot sama
sekali. Kalau diamati penyimpanan kondom diapotik-apotik yang sering
diletakkan di bawah lampu neon. Keadaan bertambah gawat kalau
penyimpanan di gudangnya kurang hati-hati atau kurang teliti misalnya
diletakkan di lantai. Namun terdapat fakta yang lebih memprihatinkan,
yaitu orang membeli kondom justru di pinggir jalan. Dari berbagai
penelitian di Indonesia menunjukan orang membeli kondom di penjual rokok
atau jamu atau kios obat kaki lima. Dari 10 orang orang petualang seks 3
orang kemungkinan tidak aman dari serangan HIV/AIDS karena itu seks
yang aman adalah hanya dilakukan dengan pasangan yang sah. (Lubis,
F.,1996)
13) Gereja Katolik (Vatikan) menyerukan kepada masyarakat bahwa
kondom tidak melindungi seorang dari ketularan virus HIV/AIDS.
Selanjutnya sebagaimana dikemukakan oleh Kim Barnes (2003) dari BBC
London, menyatakan bahwa cara terbaik agar terhindar dari virus HIV/AIDS
adalah abstinentia, yaitu tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.
14) Alfonso Lopez Trujillo (2003) seorang kardinal senior dari
Vatikan yang menyatakan virus HIV/AIDS dapat menembus dinding kondom,
kecilnya virus HIV 1/450 lebih kecil dari sperma saja masih bisa
menembus lapisan kondom, apalagi virus HIV.
15) Gordon Wambi (2003) seorang aktivis AIDS menyatakan ketidaksetujuan pemakaian kondom. Hal ini sesuai dengan Vatikan’s Pontifical Council for Familiy yang
menyerukan kepada pemerintah agar tidak menganjurkan pemakaian kondom
kepada rakyatnya: kampanye kondom sama saja kampanye rokok, bahanya
sama.
16) Sejak kondom mudah diperoleh, penyebaran virus HIV/AIDS menjadi
semakin melesat dengan pesat, disimpulkan bahwa kondom membantu
penularan penyebaran HIV/AIDS, demikian dikemukakan oleh Archbishop of Nairobi (Raphael Ndingi Nzeki, 2003).
17) Selanjutnya gereja Katolik menganjurkan kepada salah satu
pasangan suami istri yang terinfeksi untuk tidak menggunakan kondom,
sebab virus HIV bisa menembus pada pasangan yang lain. Dewasa ini dunia
sedang menghadapi global pandemic HIV/AIDS yang telah menewaskan lebih dari 20 juta orang dan menginfeksi 42 juta orang.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah meluncurkan program
Pekan Kondom Nasional 2013. Kegiatan ini digelar dalam rangka peringatan
hari AIDS se-Dunia 1 Desember 2013. Tujuannya untuk menekan angka
penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia.
Sumber : Prof Dr dr Dadang Hawari, Psikiater (Global Effect HIV/AIDS; Dimensi Psikoreligi,2012/antiliberal/voa-islam.com)
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/muslimah/2013/12/03/27927/17-fakta-ungkap-kondom-100-persen-tidak-aman-cegah-aids/#sthash.SwZYH8FA.m2GUFuKL.dpuf
Prof Dr dr Dadang Hawari, seorang
pakar dalam bukunya Global Effect HIV/AIDS, ternyata secara Ilmiah Kondom 100
Persen tidak Aman Cegah AIDS, karena faktnya penyebaran virus HIV/AIDS di
Indonesia memang mengkhawatirkan. Data terbaru menunjukkan pada 2012 jumlah
orang yang telah terinfeksi HIV sejumlah 10.362 orang, 5.686 terinfensi AIDS
dan 1.146 meninggal dunia karenanya. orang, 5686 terinfensi AIDS dan
1.146 meninggal dunia karenanya.
Lalu, jika kondisinya demikian
apakah kampanya pemakaian kondom adalah solusi atas persoalan ini?. Jawabnya
adalah tidak. Dari hasil penelitian ilmiah yang sangat banyak terbukti virus
HIV/AIDS bisa menembus kondom. Kondom sendiri sebenarnya dirancang untuk
Keluarga Berencana. Itupun tetap mengalami kebocoran.
Simak fakta mencengangkan berikut
ini, beberapa data ini kiranya dapat menyadarkan kita semua terdapat
kontroversi kondom yang selama ini diperdebatkan:
1) Januari hingga Juni 2013,
diketahui jumlah orang yang terinfeksi HIV mencapai 10.210 orang. 780 orang
terinveksi AIDS dan 105 orang telah meninggal.
Kondom terbuat dari bahan latex
(karet), bahan ini merupakan senyawa hidrokarbon dengan polimerisasi yang
berati mempunyai serat dan berpori-pori. Disamping itu karena proses pembuatan
pabrik kondom juga memiliki lubang cacat mikroskopis atau “pinholes”.
2) Penelitian yang dilakukan oleh
Lytle, et. al. (1992) dari Division of Life Sciencies, Rockville, Maryland,
USA, membuktikan bahwa penetrasi kondom oleh pertikel sekecil virus HIV/AIDS
dapat terdeteksi.
3) Penelitian yang dilakukan oleh
Cary, et. al (1992) dari Division of Pshysicial Sciences, Rockville, Maryland,
USA, menemukan kenyataan bahwa virus HIV/AIDS dapat menembus kondom. Kondom
yang beredar di pasaran 30% bocor.
4) Direktur Jenderal WHO, Hiroshi
Nakajima (1993) menyatakan bahwa efektifitas kondom diragukan.
5) Pernyataan J. Mann (1995) dari
Harvard AIDS Institute yang menyatakan bahwa tingkat keamanan kondom (bebas
bocor) hanya 70%.
6) Dalam konferensi AIDS Asia
Pasifik di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa pengguna kondom aman
tidaklah benar. Pori-pori kondom berdiameter 1/60 mikro dalam keadaan tidak
meregang, sedangkan bila dalam keadaaan meregang pori-pori tersebut mencapai 10
kali lebih besar. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan
demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus kondom.
7) Laporan dari majalah Customer
Report (1995) menyatakan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan elektron
mikroskop dapat dilihat pori-pori kondom yang 10 kali lebih besar dari
virus HIV (Rep.1/11/95).
8) Pernyataan dari M. Potts (1995),
Presiden Family Health Internasional, salah satu pencipta kondom mengakui
antara lain bahwa, “Kami tidak dapat memberitahukan kepada kalayak ramai sejauh
mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh
mereka yang telah masuk kedalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi (seks
bebas dan pelacuran) ini memakai kondom, sama saja artinya menyuruh orang yang
mabuk memasang sabuk kelehernya” (Rep. 12/11/95).
9) Pernyataan dari V. Cline (1995),
Profesor Psikologi dari Universitas Utah, Amerika Serikat, menegaskan bahwa
memberi kepercayaan kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan
menggunakan kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengan
kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainya, berarti mereka
telah tersesat (Rep. 12/11/95).
10) Pernyataan pakar AIDS, R. Smith
(1995), telah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan pengguna kondom,
mengancam mereka yang telah menyebarkan safe sex sama saja
dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar
risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari
hubungan seksual diluar nikah (Rep.12/11/95)
11) Di Indonesia pada 1996 yang lalu
kondom yang diimpor dari Hongkong ditarik dari peredaran karena 50% bocor.
12) Tingkat keamanan kondom (bebas
kebocoran) di negara-negara berkembang rata-rata hanya 70%. Kondom terbuat dari
latex yang peka terhadap sinar (matahari dan lampu), oksigen dan kelembaban.
Umur pakai kondom hanya 5 tahun. Dikhawatirkan, banyak kondom yang diimpor dari
luar negri yang melewati batas waktunya. Penyimpanan yang tidak hati-hati dapat
menyebabkan kondom berjamur, robek bahkan copot sama sekali. Kalau diamati
penyimpanan kondom diapotik-apotik yang sering diletakkan di bawah lampu neon.
Keadaan bertambah gawat kalau penyimpanan di gudangnya kurang hati-hati atau
kurang teliti misalnya diletakkan di lantai. Namun terdapat fakta yang lebih
memprihatinkan, yaitu orang membeli kondom justru di pinggir jalan. Dari
berbagai penelitian di Indonesia menunjukan orang membeli kondom di penjual
rokok atau jamu atau kios obat kaki lima. Dari 10 orang orang petualang seks 3
orang kemungkinan tidak aman dari serangan HIV/AIDS karena itu seks yang aman
adalah hanya dilakukan dengan pasangan yang sah. (Lubis, F.,1996)
13) Gereja Katolik (Vatikan)
menyerukan kepada masyarakat bahwa kondom tidak melindungi seorang dari
ketularan virus HIV/AIDS. Selanjutnya sebagaimana dikemukakan oleh Kim Barnes
(2003) dari BBC London, menyatakan bahwa cara terbaik agar terhindar dari virus
HIV/AIDS adalah abstinentia, yaitu tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.
14) Alfonso Lopez Trujillo (2003)
seorang kardinal senior dari Vatikan yang menyatakan virus HIV/AIDS dapat
menembus dinding kondom, kecilnya virus HIV 1/450 lebih kecil dari sperma saja
masih bisa menembus lapisan kondom, apalagi virus HIV.
15) Gordon Wambi (2003) seorang
aktivis AIDS menyatakan ketidaksetujuan pemakaian kondom. Hal ini sesuai
dengan Vatikan’s Pontifical Council for Familiy yang
menyerukan kepada pemerintah agar tidak menganjurkan pemakaian kondom kepada
rakyatnya: kampanye kondom sama saja kampanye rokok, bahanya sama.
16) Sejak kondom mudah diperoleh,
penyebaran virus HIV/AIDS menjadi semakin melesat dengan pesat, disimpulkan
bahwa kondom membantu penularan penyebaran HIV/AIDS, demikian dikemukakan
oleh Archbishop of Nairobi (Raphael Ndingi Nzeki, 2003).
17) Selanjutnya gereja Katolik
menganjurkan kepada salah satu pasangan suami istri yang terinfeksi untuk tidak
menggunakan kondom, sebab virus HIV bisa menembus pada pasangan yang lain.
Dewasa ini dunia sedang menghadapi global pandemic HIV/AIDS
yang telah menewaskan lebih dari 20 juta orang dan menginfeksi 42 juta orang.
Pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan telah meluncurkan program Pekan Kondom Nasional 2013. Kegiatan ini
digelar dalam rangka peringatan hari AIDS se-Dunia 1 Desember 2013. Tujuannya
untuk menekan angka penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia.
Sumber : Prof Dr dr Dadang Hawari,
Psikiater (Global Effect HIV/AIDS; Dimensi Psikoreligi,2012/antiliberal/voa-islam.com)