Juru bicara presiden transisi Mesir, Ahmed Al Musalamani mengatakan krisis Mesir tidak akan sampai terperosok seperti perang saudara di Suriah.

"Mesir tidak akan menjadi Suriah kedua," kata Musalamani di Kairo, Selasa.

Dia menegaskan bahwa siapa saja yang mendorong Mesir ke arena perang saudara berarti dia adalah pengkhianat negara.

Pernyataan jubir presiden peralihan itu disampaikan untuk menanggapi rumor yang santer terdengar di masyarakat setempat adanya kemungkinan timbulnya "Jaisy Al Hurr atau Tentara Pembebasan" untuk melawan pemerintah seperti apa yang terjadi Suriah.

Menurut rumor itu, ada di kalangan tentara merasa tidak nyaman kudeta militer yang diprakarsai Menteri Pertahanan/Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Abdel Fatah Al Sisi.

Al Sisi melengserkan Presiden Mohamed Moursi pada 3 Juli setelah demo besar oposisi anti-pemerintah pada 30 Juni dan mengangkat Ketua Mahkamah Konsititusi Adly Mansour sebagai presiden transisi.

Musalamani menjelaskan Presiden Mansour tengah melakukan kontak intensif dengan semua kekuatan politik termasuk kubu Islam dari Ikhwanul Muslimin untuk rekonsiliasi nasional guna mengakhiri krisis.

Dalam pidato memperingati HUT Ravolusi 23 Juli pada Senin malam, Presiden Mansour kembali mengimbau semua pihak untuk rekonsiliasi nasional dalam membangun negara demokrasi hakiki.

Namun, Ikhwanul Muslimin pendukung Moursi menolak rekonsiliasi nasional dan tetap menuntut agar keabsahan Presiden Moursi dikembalikan.

Sementara itu, bentrokan sporadis antara pendukung dan anti-Moursi terus terjadi di Kairo dan berbagai kota provinsi sejak Moursi dilengserkan.

Tercatat lebih dari 150 orang tewas dalam sebulan terakhir setelah sembilan orang tewas pada Senin dan Selasa akibat bentrokan sporadis di beberapa tempat, termasuk aksi lempar batu di dekat Bundaran Tahrir menewaskan tiga orang.