Setelah pengumuman pengunduran diri Paus benediktus XVI
1ertanggal 10 Februari 2013 (baca Video dan
teks Pidato Pengunduran Diri Paus Benediktus XVI ) dan
mencuatnya isu
penampakan "Paus Benediktus Sholat di Masjid Biru" yang
dijadikan dasar untuk membuat berita hoax Paus benediktus masuk Islam, mencuat
pula berita lain,yaitu soal Paus sebelumnya yaitu Paus Yohanes paulus II masuk
Islam.
Terkait ini kami
menyampaikan kembali tentang pesan yang pernah kami sampaikan pada kami dan Menjawab
Tantangan Perkembangan
teknologi sedemikian pesat, sehingga setiap hari kita dibanjiri berbagai
informasi dari berbagai arah,
dan tak jarang kitapun juga berpartisipasi untuk berbagi informasi yang kita
terima untuk disampaikan kepada saudara dan teman teman kita.
Dari berita yang tersebar tersebut ,tidak sedikit dari berita yang beredar
tersebut adalah HOAX /berita bohong.
Dan ketika dikemudian hari diketahui bahwa berita yang beredar tersebut adalah
berita bohong,maka hal tersebut menjadi bumerang bagi para penyebar berita
tersebut.
bahkan akibat terungkapnya adanya berita hoax tersebut juga, tidak hanya
pribadi penyebar berita dipermalukan, tetapi tidak sedikit Agama dari penyebar
berita dijadikan sasaran serangan akibat terungkapnya kalau berita tersebut
hoax.
Dalam hal ini Allah sudah memberikan petunjukan kepada umat manusia, terutama
orang mukmin tentang bagaimana sikap seharusnya dalam menyikapi sebuah
berita/informasi yang kita terima,yaitu ;
Qs
Al hujurat 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ
بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ
مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.
Sebagai seorang muslim yang tahu tentang Petunjuk Allah tersebut, berusaha
untuk melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum menyebar luaskan adalah
sebuah keharusan,agar kita tidak menyesal dikemudian hari.
selain pengecekan terlebih dahulu, kita juga perlu membuka pintu selebar
lebarnya kritikan dan masukan dari orang lain terhadap berita yang pernah kita
sampaikan.
dan jika kenyataannya masukan dan kritikan tersebut menginformasikan bahwa apa
yang pernah kita sampaikan tidak benar adanya, maka kita tidak perlu segan
sedikitpun mengakui kesalahan dan menyampaikan permohonan maaf.
==Pesan ini disampaikan untuk mengingatkan untuk diri sendiri lebih memilih
untuk mengajak intropeksi diri dan perbaikan internal,dan berusaha untuk
menjauhkan dari sikap yang menjadikan pihak esternal sebagai kambing hitam.
Semoga juga bisa bermanfaat bagi para pembaca, ==
dan dari penelusuran kami berita soal cerita Paus Yohanes Paulus II
bersumber dari sebuah blog yang menggunakan nama :MUALAF ALHAMDULILLAH
dan setelah membaca seluruh artikel dan soal pencantuman sumber yang diarahkan
ke link google , serta membaca beberapa tulisan dengan beberapa berita
bombastis dan sensasional di link tersebut, KAMI BERANI MEMASTIKAN BERITA
TERSEBUT ADALAH BERITA BOHONG, YANG DIBUAT MEDIA PEMBOHONG yang menggunakan
LABEL LABEL ISLAM.
Untuk menunjukan bukti kebohongan dari berita tersebut,kami perlu memberikan
berita pembanding, terutama berita terkait pada masa akhir hidupnya :
Sabtu, 2 April 2005, sekitar pukul 15.30 CEST, Yohanes Paulus II mengatakan
kata terakhirnya, "pozwólcie mi odejść do domu Ojca", ("biarkan
aku pergi ke rumah Bapa"), kepada pendampingnya, dan mengalami koma
sekitar empat jam kemudian.Misa persiapan Minggu Kerahiman Ilahi memperingati
kanonisasi Maria Faustina Kowalska pada 30 April 2000,baru dilakukan di sisi
ranjangnya, dipimpin oleh Stanisław Dziwisz dan bersama dua pendamping
Polandia.
Juga hadir Kardinal dari Ukraina yang pernah melayani menjadi pastor bersama
Paus di Polandia, juga beberapa biarawati Polandia dari Kongregasi
Suster-suster Hati Kudus Yesus (Congregation of the Sisters Servants of
the Most Sacred Heart of Jesus), yang melayani rumah tangga kepausan. Ia
meninggal di apartemen pribadinya jam 21:37 CEST (19:37 UTC) karena
kegagalan jantung akibat tekanan darah rendah dan kegagalan peredaran darah, 46
hari sebelum ulang tahunnya yang ke-85. Yohanes Paulus II tidak mempunyai
keluarga dekat pada saat meninggal, dan perasaannya sudah terungkap dari
kata-katanya, seperti tertulis pada tahun 2000, pada testamen terakhirnya:
“
|
Dalam masa akhir kehidupan duniawi
saya yang semakin dekat, ingatan saya kembali ke masa lalu, pada orang tua
saya, pada saudara laki saya dan saudara perpempuan (yang saya tidak tahu
karena meninggal sebelum kelahiran saya), pada Paroki di Wadowice dimana saya
dibaptis, pada kota yang saya cintai, pada semua relasi, teman-teman SD
sampai SMA dan universitas, sampai waktu saya menjadi pekerja, kemudian di
Paroki Niegowic, sampai Santo Florian di Kraków, pada layanan pastoral
akademisi, pada lingkungan dari ... untuk semua milieux ... untuk Kraków dan
untuk Roma ... kepada orang-orang yang dipercayakan secara khusus oleh Tuhan
kepada saya.
|
”
|
Situasi
Misa Requim, 8 April 2005
Kematian Paus Yohanes Paulus II diiringi ritual berusia berabad-abad
lamanya dan tradisi yang berawal sejak masa pertengahan.
Upacara Pengunjungan berlangsung dari 4 April hingga pagi hari tanggal 8 April
di Basilika Santo Petrus. Testamen Paus Yohanes Paulus II yang dipublikasikan
pada 7 April mengungapkan bahwa paus berkeinginan dimakamkan di
tanah kelahirannya Polandia namun tergantung dari para Kardinal, yang
memutuskan untuk dikebumikan di gua-gua di bawah basilika.
Pada 8 April, pukul 8.00 pagi UTC, Misa Requiem dipimpin oleh Kardinal Joseph
Ratzinger sebagai Dekan Dewan Kardinal dan dihadiri lebih dari 180 orang
Kardinal dari berbagai negara. Misa ini menjadi misa yang memecahkan rekor
dunia dalam hal jumlah kehadiran umat dan banyaknya kepala negara yang hadir. (lihat:
Daftar peserta resmi pemakaman Paus Yohanes Paulus II). Ini adalah
berkumpulnya para kepala negara terbesar dalam sejarah, mengalahkan pemakaman
Winston Churchill (1965) dan Josip Broz Tito (1980). Empat raja, lima ratu, dan
sedikitnya 70 presiden dan perdana menteri, serta lebih dari 14 pimpinan agama
dari agama selain Katolik menghadiri pemakaman.
Peristiwa ini juga mungkin menjadi ziarah Kristen terbesar dalam sejarah,
dengan perkiraan empat juta orang berkumpul dalam perkabungan di Roma.Sekitar
250.000 sampai 300.000 orang mengikuti peristiwa ini di Vatikan.[149]
Dekan Para Kardinal, Kardinal Joseph Ratzinger, yang kemudian menjadi paus
berikutnya, memimpin upacara. Yohanes Paulus II dikebumikan di gua di bawah
basilika, makam para Paus. Ia dikebumikan di liang makam yang sebelumnya
dipakai jenazah Paus Yohanes XXIII. Liang itu telah dikosongkan ketika jenazah
Paus Yohanes XXIII dipindahkan ke ruang lain di basilika setelah dibeatifikasi.