PBB, AMERIKA SERIKAT -- Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Sabtu
berjanji memberi penilaian 'meyakinkan dan tidak memihak' tentang apakah
senjata kimia digunakan di Suriah, di tengah peningkatan ketegangan
menyangkut kemungkinan serangan.
Namun, juru bicara PBB Martin Nesirky mengatakan belum ada kesimpulan
tentang apakah gas beracun terlarang digunakan di Suriah sampai
pengujian di laboratorium selesai dilakukan.
Nesirky juga mengatakan adalah hal yang 'aneh' untuk mempercayai
bahwa keberangkatan para pemeriksa senjata PBB dari Suriah telah membuka
kemungkinan bagi adanya serangan peluru kendali terhadap pasukan
Presiden Bashar al-Assad.
Utusan PBB urusan perlucutan senjata, Angela Kane, memberikan
pemaparan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada hari Sabtu di
New York tentang misi yang telah dijalaninya.
Para pemeriksa PBB mendapatkan mandat untuk memberikan laporan
tentang apakah senjata kimia terlarang telah digunakan dalam perang di
Suriah yang telah berlangsung selama 29 bulan itu.
Pemeriksaan terutama dijalankan untuk mengetahui dugaan penggunaan
senjata dalam serangan tanggal 21 Agustus lalu terhadap kalangan oposisi
di dekat Damaskus, namun tidak akan menyebutkan siapa yang melakukan
serangan itu.
Menyusul kritik yang diarahkan kepada misi penyelidik PBB, Nesirky
mengatakan, "Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa secara unik mampu
mengumpulkan fakta-fakta secara meyakinkan dan tidak berpihak tentang
penggunaan senjata kimia."
Kane mengatakan kepada Ban bahwa para pemeriksa PBB "dapat
menjalankan proses kegiatan pencarian fakta secara luas," kata Nesirky
kepada para wartawan.
Para pemeriksa PBB itu telah membawa sampel-sampel ke Den Haag .
Sampel tersebut akan diteliti di dua laboratorium di Eropa, kata
Nesirky.
Ban akan melakukan pembicaraan dengan ketua tim pemeriksa, Ake Sellstrom, melalui sambungan telepon pada Minggu.
Namun, Nesirky mengatakan "misi tersebut belum bisa mengambil
kesimpulan apapun tentang peristiwa ini sebelum proses di laboratorium
selesai."
Ban mengatakan "upaya apapun yang bisa dilakukan untuk mempercepat
proses itu, saat ini sedang dijalankan," demikian menurut Nesirky.
Menurut para diplomat, Ban telah mengatakan kepara para duta besar
Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Cina dan Rusia pada hari Jumat bahwa
tim pemeriksa tersebut akan memerlukan waktu dua minggu untuk
menyelesaikan analisa tahap pertama.
Perserikatan Bangsa-Bangsa masih memiliki lebih dari 1.000 anggota staf internasional dan nasional yang berada di Suriah.
Nesirky mengatakan badan dunia itu sedang mengkaji anggota-anggota staf yang akan masih tinggal di negara tersebut.
Namun, ia mengatakan adalah hal "aneh" bahwa beberapa analis telah
menyatakan bahwa keberangkatan para pemeriksa PBB dari Suriah diartikan
bahwa Amerika Serikat kemungkinan akan melancarkan serangan militer.
"Ini juga merupakan penghinaan terhadap lebih dari 1.000 anggota staf
PBB yang saat ini berada di lapangan di Suriah dan sedang menyalurkan
bantuan kemanusiaan serta (penghinaan terhadap) mereka yang akan terus
melakukan tugas menyampaikan bantuan darurat," ujarnya.