Seiring dengan munculnya Pemira, saya teringat dengan AS Hikam. Pengamat
politik President University itu pernah berucap soal dampak kasus LHI
pada PKS. Saya akan kutip pernyataan mantan Menristek di era Presiden
Gus Dur tersebut.
“Manajemen kontrol kerusakan (damage control
management) PKS patut diacungi jempol dan ditiru oleh partai lain.
Kedepan, PKS bisa mengubah kekacauan menjadi keuntungan dengan mengganti
Presiden mereka, Luthfi Hasan Ishaq,” ungkap AS Hikam.
“Berbeda
dengan parpol lain yang jika pimpinannya tersandung masalah lalu malah
“mbulet,” maka PKS langsung bertindak cepat, bersih-bersih
partai,”lanjut Hikam.
Mengapa?
“Ini karena budaya politik
PKS mengutamakan kepentingan organisasi ketimbang figur, memikirkan
jangka panjang ketimbang jangka pendek. Kader selevel Luthfi Hasan Ishaq
(LHI) tampaknya juga tak sulit dicari di PKS. Di partai ini juga tidak
ada kendala-kendala seperti hubungan keluarga, darah biru, dan tetek
bengek lain seperti yang dikenal di parpol lain,” jelas Hikam lagi.
Sekitar
10 bulan sudah kasus LHI bergulir, dan hari ini, analisa Hikam semakin
terbukti. Munculnya Pemira (Pemilu Raya) PKS untuk memilih calon
presiden dari kader internal, menjadi bukti shahih ketangguhan partai
dakwah tersebut dalam menghadapi gelombang ujian. Alih-alih terjebak
dalam doomsday scenario (scenario kiamat), PKS justru terus menunjukkan
kepercayaan dirinya melalui Pemira.
Anda bisa bayangkan ini dapat
terjadi di partai lain? Sang presiden partai dikriminalisasi,
dijebloskan ke dalam penjara, dibunuh karakternya, dan hanya dalam
hitungan bulan sudah tersedia 20 capres dari kalangan internal yang akan
dipilih oleh sekitar 1 jutakader PKS dalam Pemira.? Wow!!!
Lebih
dari itu, Pemira adalah pelajaran demokrasi sangat mahal bagi negeri
ini. Inilah demokrasi sesungguhnya: aspirasi dari bawah ke atas (bottom
up) dengan saluran yang transparan, jujur dan bisa dipercaya bernama
Pemira. Tiada “vitamin” atau “gizi” seperti yang kerap terjadi di partai
lain.
Di partai lain, demokrasi yang terjadi bersifat elitis dan
sarat money politik sehingga menimbulkan kegaduhan yang tak elok
dipandang. Lihatlah apa yang terjadi dengan Partai Golkar hari-hari
belakangan ini. DPD Tingkat II dijegal karena meminta pencapresan
Aburizal Bakrie ditinjau ulang.
Begitu pula konvensi yang
dilakukan Partai Demokrat. Siapa yang bisa menjamin tak ada politik uang
yang berseliweran? Siapa yang menjamin tiada intervensi SBY? Dan apakah
memang benar para peserta konvensi adalah yang diinginkan arus bawah
Partai Demokrat?
Di PDI-P, faktor Megawati sangat menentukan
seseorang dipilih menjadi capres atau tidak. Darah biru Soekarno masih
menjadi pertimbangan sangat penting. Begitu pula di partai lainnya: PAN,
PKB, gerindra, Hanura. Figuritas, darah keluarga, uang masih menjadi
faktor dominan dalam menentukan seseorang menjadi capres.
Pemira
PKS adalah ciri sebuah partai modern. Menurut pengamat politik LIPI Lili
Romli, ciri partai yang modern antaralain, adanya pengorganisasian yang
modern, penempatan kader berdasarkan merit system dan bukan karena
kedekatan, serta egaliter.
Bukankah ketiga ciri tersebut ada
dalam Pemira PKS? Hanya mereka yang kadung membenci partai dakwah ini
saja yang tak mau mengambil pelajaran demokrasi modern dari Pemira PKS.
Andakah di antaranya?(islamedia)
Erwyn Kurniawan