PRESS RELEASE :
SEJUMLAH ORMAS ISLAM ADAKAN AUDENSI
KE REPUBLIKA PERWAKILAN JABAR
Bandung, 28 November 2013
Belasan orang yang merupakan
perwakilan dari beberapa ormas Islam kunjungi kantor Republika Jawa Barat yang
beralamat di jl. Mangga no 37 Bandung. Ormas Islam tersebut adalah perwakilan
jawa barat yang terdiri dari;
1) Dewan Dakwah Indonesia Jabar,
2) FUUI (Forum Ulama Umat
Indonesia),
3) FPI (Front Pembela Islam),
4) Al-Irsyad,
5) HASMI (Harakah Sunnyah Untuk
Masyarakat Islami),
6) Pemuda Persis,
7) KODAS (Komunitas Dakwah dan
Sosial),
8) GARIS (Gerakan Islam Reformis),
dan
9) Beberapa elemen umat islam
lainnya seperti DKM al-Furqan Cimahi.
Mereka mengunjungi kantor Republika
perwakilan Jabar dalam rangka silaturahim dan audensi terhadap perkembangan
media cetak tersebut.
Sejumlah ormas tersebut langsung
diterima dan disambut dengan hangat oleh Kepala Perwakilan Republika Jawa Barat
Rachmat Santosa Basarah di ruangan rapatnya. Agenda audensi yang dilaksanakan
hari Rabu tanggal 27 November 2013 kemarin direncanakan tepat jam 13.00 diundur
menjadi jam 14.00 sesuai permintaan dari Republika itu sendiri.
Al-Ustadz Muhammad Roin Nurbalad
sekjen DDI Jabar yang juga sebagai ketua rombongan mengawali acara audensi,
dalam sambutannya beliau mengingatkan cikal bakal lahirnya media cetak
Republika diawali atas dasar semangat umat Islam dan ini menjadi suatu
kebanggaan bagi umat Islam.
Namun, kata beliau beberapa dekade
berikutnya terlihat gejolak yang berbeda dalam tubuh Republika. Seperti tidak
imbangnya pemberitaan yang terjadi dilapangan terutama yang berkaitan dengan
hal-hal yang sudah menjadi prinsif bagi umat islam, diantaranya adalah isu-isu
yang berkaitan dengan pemahaman ajaran sesat seperti Ahmadiyah dan Syiah yang
memang sudah di fatwakan kesesatannya oleh Majelis Ulama Indonesia itu
seakan-akan tidak pernah diberitakan oleh Republika.
Osa panggilan akrab dari ketua
Perwakilan republika jabar itu pun langsung menanggapi pernyataan Ust Roin. Dia
mengatakan bahwa sampai saat ini republika tidak ada perubahan terhadap misi
dan visi Republika sebagai medianya umat Islam. Tanpa disinggung oleh peserta
audensi Osa pun langsung menyatakan permintaan maaf atas pemberitaan yang tidak
benar dan kesalahan yang fatal karena telah melibatkan Pejabat Publik Jabar 1
pada acara asyuro beberapa waktu yang lalu.
Sementara itu al-Ustadz Abdul Hadi
dari FUUI mengatakan bahwa Republika hari ini sedang “sakit” dan harus diobati.
Dengan mengangkat pemberitaan acara Asyuro yang dihadiri oleh Gubernur Jabar
tersebut benar-benar telah melukai hati para ulama dan umat Islam secara
keseluruhan. Sebab dengan munculnya berita tersebut seakan-akan Syiah sebagai
gerakan terlarang menjadi salah satu bagian dari umat Islam, padahal kata
beliau Syiah adalah musuh Umat Islam dan yang akan mengancam keutuhan NKRI.
Inilah indikasi sakitnya Republika yang katanya sebagai corong umat Islam,
tetapi malah memberitakan keberadaan dan eksistensi Musuh Islam tersebut.
Masih pernyataan dari ustadz yang
bersuara bariton itu, Republika harus segera membuang “Penyakit-penyakit” yang
ada dalam tubuh Republika, baik dari staf karyawannya termasuk para
wartawannya, dengan nada ancaman namun masih dalam keadaan terkontrol beliau
membuat statment, “Republika segera keluarkan penyakit dari Republika, atau
Republika yang akan dikeluarkan dari hati-hati umat Islam”
Sedangkan dari pemuda persis jabar,
al-ustadz Syarif Hidayat mengajukan permohonan untuk diadakannya salah satu
kolom untuk ormas islam dalam menginformasikan kegiatan keislaman khususnya
yang ada di Jawa barat, hal ini dilakukan dengan tujuan agar umat islam yang
diwakili oleh berbagai ormas tersebut merasa memiliki bahwa Republika
betul-betul milik umat Islam.
Ketika ditanya oleh salah satu
wartawan Radio dakwah Fajri 1458 Am Bandung, apakah sekaliber Republika berani
memberitkan sebuah berita tanpa ada fakta dan data, Osa pun menyanggah bahwa
dalam mengangkat satu pemberitaan memang melalui proses yang panjang. Mulai
dari reporter beralih ke tim editor sampai redaktur pelaksana, artinya pemberitaan
kemarin tentang acara asyuro yang dihadiri oleh Bapak Gubernur Jabar tersebut
telah disortir dan di edit, namun sekali lagi dia pun meminta maaf serta
menyadari berita yang masuk adalah “busuk” sampai dikeluarkannya pun tetap
busuk, dan ini pun menjadi peringatan bagi wartawan yang menaikan berita
seperti itu.
Senada dengan hal itu al-ustadz
Agung Ketua FPI Jabar juga mengharapkan pemberitaan selama ini tentang FPI
harus bersikap objektif, jangan sampai FPI diberitakan sebagai ormas anarkis
saja sedangkan kegiatan FPI lainnya yang bersifat sosial seperti pembangunan
Masjid Rumah Sakit di Palestina dan yang lainnya jarang diberitakan.
Republika jangan seperti “Jual
Onta cap Babi, tapi Jual Onta cap Onta” ungkap salah satu perserta dari DKM AL
Furqan Cimahi
Acara yang berlangsung selama satu
jam tersebut akhirnya kembali di tutup oleh al-ustadz roin, sebelum ditutup
beberapa ormas Islampun memberikan nasehat dan pesan kepada Republika, seperti
al-Ustadz Rifki dari Al-Irsyad bahwa Republika harus menjadi media Patner bagi
Umat Islam jangan takut kehilangan oplah dengan harus memberitakan sesuatu yang
buruk, yang halal masih banyak dan lebih berkah, mengambil isitilah yang
disampaikan salah satu DKM al-Furqan Cimahi bahwa Republika jangan seperti “Jual
Onta cap Babi, tapi Jual Onta cap Onta”, kontan saja para peserta audensi
tersenyum geli mendengar ungkapan tersebut sembari membubarkan diri dan
melaksanakan shalat ashar berjamah di Kantor Republika perwakilan Jawa Barat. (Miftah/Radio
Fajri/abdulah/voa-islam.com)
PRESS RELEASE :
SEJUMLAH ORMAS ISLAM ADAKAN AUDENSI KE REPUBLIKA PERWAKILAN JABAR
Bandung, 28 November 2013
Belasan orang yang merupakan perwakilan dari beberapa ormas Islam
kunjungi kantor Republika Jawa Barat yang beralamat di jl. Mangga no 37
Bandung. Ormas Islam tersebut adalah perwakilan jawa barat yang terdiri
dari;
1) Dewan Dakwah Indonesia Jabar,
2) FUUI (Forum Ulama Umat Indonesia),
3) FPI (Front Pembela Islam),
4) Al-Irsyad,
5) HASMI (Harakah Sunnyah Untuk Masyarakat Islami),
6) Pemuda Persis,
7) KODAS (Komunitas Dakwah dan Sosial),
8) GARIS (Gerakan Islam Reformis), dan
9) Beberapa elemen umat islam lainnya seperti DKM al-Furqan Cimahi.
Mereka mengunjungi kantor Republika perwakilan Jabar dalam rangka
silaturahim dan audensi terhadap perkembangan media cetak tersebut.
Sejumlah ormas tersebut langsung diterima dan disambut dengan hangat
oleh Kepala Perwakilan Republika Jawa Barat Rachmat Santosa Basarah di
ruangan rapatnya. Agenda audensi yang dilaksanakan hari Rabu tanggal 27
November 2013 kemarin direncanakan tepat jam 13.00 diundur menjadi jam
14.00 sesuai permintaan dari Republika itu sendiri.
Al-Ustadz Muhammad Roin Nurbalad sekjen DDI Jabar yang juga sebagai
ketua rombongan mengawali acara audensi, dalam sambutannya beliau
mengingatkan cikal bakal lahirnya media cetak Republika diawali atas
dasar semangat umat Islam dan ini menjadi suatu kebanggaan bagi umat
Islam.
Namun, kata beliau beberapa dekade berikutnya terlihat gejolak yang
berbeda dalam tubuh Republika. Seperti tidak imbangnya pemberitaan yang
terjadi dilapangan terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang sudah
menjadi prinsif bagi umat islam, diantaranya adalah isu-isu yang
berkaitan dengan pemahaman ajaran sesat seperti Ahmadiyah dan Syiah yang
memang sudah di fatwakan kesesatannya oleh Majelis Ulama Indonesia itu
seakan-akan tidak pernah diberitakan oleh Republika.
Osa panggilan akrab dari ketua Perwakilan republika jabar itu pun
langsung menanggapi pernyataan Ust Roin. Dia mengatakan bahwa sampai
saat ini republika tidak ada perubahan terhadap misi dan visi Republika
sebagai medianya umat Islam. Tanpa disinggung oleh peserta audensi Osa
pun langsung menyatakan permintaan maaf atas pemberitaan yang tidak
benar dan kesalahan yang fatal karena telah melibatkan Pejabat Publik
Jabar 1 pada acara asyuro beberapa waktu yang lalu.
Sementara itu al-Ustadz Abdul Hadi dari FUUI mengatakan bahwa
Republika hari ini sedang “sakit” dan harus diobati. Dengan mengangkat
pemberitaan acara Asyuro yang dihadiri oleh Gubernur Jabar tersebut
benar-benar telah melukai hati para ulama dan umat Islam secara
keseluruhan. Sebab dengan munculnya berita tersebut seakan-akan Syiah
sebagai gerakan terlarang menjadi salah satu bagian dari umat Islam,
padahal kata beliau Syiah adalah musuh Umat Islam dan yang akan
mengancam keutuhan NKRI. Inilah indikasi sakitnya Republika yang katanya
sebagai corong umat Islam, tetapi malah memberitakan keberadaan dan
eksistensi Musuh Islam tersebut.
Masih pernyataan dari ustadz yang bersuara bariton itu, Republika
harus segera membuang “Penyakit-penyakit” yang ada dalam tubuh
Republika, baik dari staf karyawannya termasuk para wartawannya, dengan
nada ancaman namun masih dalam keadaan terkontrol beliau membuat
statment, “Republika segera keluarkan penyakit dari Republika, atau
Republika yang akan dikeluarkan dari hati-hati umat Islam”
Sedangkan dari pemuda persis jabar, al-ustadz Syarif Hidayat
mengajukan permohonan untuk diadakannya salah satu kolom untuk ormas
islam dalam menginformasikan kegiatan keislaman khususnya yang ada di
Jawa barat, hal ini dilakukan dengan tujuan agar umat islam yang
diwakili oleh berbagai ormas tersebut merasa memiliki bahwa Republika
betul-betul milik umat Islam.
Ketika ditanya oleh salah satu wartawan Radio dakwah Fajri 1458 Am
Bandung, apakah sekaliber Republika berani memberitkan sebuah berita
tanpa ada fakta dan data, Osa pun menyanggah bahwa dalam mengangkat satu
pemberitaan memang melalui proses yang panjang. Mulai dari reporter
beralih ke tim editor sampai redaktur pelaksana, artinya pemberitaan
kemarin tentang acara asyuro yang dihadiri oleh Bapak Gubernur Jabar
tersebut telah disortir dan di edit, namun sekali lagi dia pun meminta
maaf serta menyadari berita yang masuk adalah “busuk” sampai
dikeluarkannya pun tetap busuk, dan ini pun menjadi peringatan bagi
wartawan yang menaikan berita seperti itu.
Senada dengan hal itu al-ustadz Agung Ketua FPI Jabar juga
mengharapkan pemberitaan selama ini tentang FPI harus bersikap objektif,
jangan sampai FPI diberitakan sebagai ormas anarkis saja sedangkan
kegiatan FPI lainnya yang bersifat sosial seperti pembangunan Masjid
Rumah Sakit di Palestina dan yang lainnya jarang diberitakan.
Republika jangan seperti “Jual Onta cap Babi, tapi Jual Onta cap Onta” ungkap salah satu perserta dari DKM AL Furqan Cimahi
Acara yang berlangsung selama satu jam tersebut akhirnya kembali di
tutup oleh al-ustadz roin, sebelum ditutup beberapa ormas Islampun
memberikan nasehat dan pesan kepada Republika, seperti al-Ustadz Rifki
dari Al-Irsyad bahwa Republika harus menjadi media Patner bagi Umat
Islam jangan takut kehilangan oplah dengan harus memberitakan sesuatu
yang buruk, yang halal masih banyak dan lebih berkah, mengambil isitilah
yang disampaikan salah satu DKM al-Furqan Cimahi bahwa Republika jangan
seperti “
Jual Onta cap Babi, tapi Jual Onta cap Onta”, kontan
saja para peserta audensi tersenyum geli mendengar ungkapan tersebut
sembari membubarkan diri dan melaksanakan shalat ashar berjamah di
Kantor Republika perwakilan Jawa Barat. (
Miftah/Radio Fajri/abdulah/voa-islam.com)
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/11/29/27844/republika-jangan-seperti-jual-onta-cap-babi-tapi/#sthash.j4FD8UIp.dpuf
PRESS RELEASE :
SEJUMLAH ORMAS ISLAM ADAKAN AUDENSI KE REPUBLIKA PERWAKILAN JABAR
Bandung, 28 November 2013
Belasan orang yang merupakan perwakilan dari beberapa ormas Islam
kunjungi kantor Republika Jawa Barat yang beralamat di jl. Mangga no 37
Bandung. Ormas Islam tersebut adalah perwakilan jawa barat yang terdiri
dari;
1) Dewan Dakwah Indonesia Jabar,
2) FUUI (Forum Ulama Umat Indonesia),
3) FPI (Front Pembela Islam),
4) Al-Irsyad,
5) HASMI (Harakah Sunnyah Untuk Masyarakat Islami),
6) Pemuda Persis,
7) KODAS (Komunitas Dakwah dan Sosial),
8) GARIS (Gerakan Islam Reformis), dan
9) Beberapa elemen umat islam lainnya seperti DKM al-Furqan Cimahi.
Mereka mengunjungi kantor Republika perwakilan Jabar dalam rangka
silaturahim dan audensi terhadap perkembangan media cetak tersebut.
Sejumlah ormas tersebut langsung diterima dan disambut dengan hangat
oleh Kepala Perwakilan Republika Jawa Barat Rachmat Santosa Basarah di
ruangan rapatnya. Agenda audensi yang dilaksanakan hari Rabu tanggal 27
November 2013 kemarin direncanakan tepat jam 13.00 diundur menjadi jam
14.00 sesuai permintaan dari Republika itu sendiri.
Al-Ustadz Muhammad Roin Nurbalad sekjen DDI Jabar yang juga sebagai
ketua rombongan mengawali acara audensi, dalam sambutannya beliau
mengingatkan cikal bakal lahirnya media cetak Republika diawali atas
dasar semangat umat Islam dan ini menjadi suatu kebanggaan bagi umat
Islam.
Namun, kata beliau beberapa dekade berikutnya terlihat gejolak yang
berbeda dalam tubuh Republika. Seperti tidak imbangnya pemberitaan yang
terjadi dilapangan terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang sudah
menjadi prinsif bagi umat islam, diantaranya adalah isu-isu yang
berkaitan dengan pemahaman ajaran sesat seperti Ahmadiyah dan Syiah yang
memang sudah di fatwakan kesesatannya oleh Majelis Ulama Indonesia itu
seakan-akan tidak pernah diberitakan oleh Republika.
Osa panggilan akrab dari ketua Perwakilan republika jabar itu pun
langsung menanggapi pernyataan Ust Roin. Dia mengatakan bahwa sampai
saat ini republika tidak ada perubahan terhadap misi dan visi Republika
sebagai medianya umat Islam. Tanpa disinggung oleh peserta audensi Osa
pun langsung menyatakan permintaan maaf atas pemberitaan yang tidak
benar dan kesalahan yang fatal karena telah melibatkan Pejabat Publik
Jabar 1 pada acara asyuro beberapa waktu yang lalu.
Sementara itu al-Ustadz Abdul Hadi dari FUUI mengatakan bahwa
Republika hari ini sedang “sakit” dan harus diobati. Dengan mengangkat
pemberitaan acara Asyuro yang dihadiri oleh Gubernur Jabar tersebut
benar-benar telah melukai hati para ulama dan umat Islam secara
keseluruhan. Sebab dengan munculnya berita tersebut seakan-akan Syiah
sebagai gerakan terlarang menjadi salah satu bagian dari umat Islam,
padahal kata beliau Syiah adalah musuh Umat Islam dan yang akan
mengancam keutuhan NKRI. Inilah indikasi sakitnya Republika yang katanya
sebagai corong umat Islam, tetapi malah memberitakan keberadaan dan
eksistensi Musuh Islam tersebut.
Masih pernyataan dari ustadz yang bersuara bariton itu, Republika
harus segera membuang “Penyakit-penyakit” yang ada dalam tubuh
Republika, baik dari staf karyawannya termasuk para wartawannya, dengan
nada ancaman namun masih dalam keadaan terkontrol beliau membuat
statment, “Republika segera keluarkan penyakit dari Republika, atau
Republika yang akan dikeluarkan dari hati-hati umat Islam”
Sedangkan dari pemuda persis jabar, al-ustadz Syarif Hidayat
mengajukan permohonan untuk diadakannya salah satu kolom untuk ormas
islam dalam menginformasikan kegiatan keislaman khususnya yang ada di
Jawa barat, hal ini dilakukan dengan tujuan agar umat islam yang
diwakili oleh berbagai ormas tersebut merasa memiliki bahwa Republika
betul-betul milik umat Islam.
Ketika ditanya oleh salah satu wartawan Radio dakwah Fajri 1458 Am
Bandung, apakah sekaliber Republika berani memberitkan sebuah berita
tanpa ada fakta dan data, Osa pun menyanggah bahwa dalam mengangkat satu
pemberitaan memang melalui proses yang panjang. Mulai dari reporter
beralih ke tim editor sampai redaktur pelaksana, artinya pemberitaan
kemarin tentang acara asyuro yang dihadiri oleh Bapak Gubernur Jabar
tersebut telah disortir dan di edit, namun sekali lagi dia pun meminta
maaf serta menyadari berita yang masuk adalah “busuk” sampai
dikeluarkannya pun tetap busuk, dan ini pun menjadi peringatan bagi
wartawan yang menaikan berita seperti itu.
Senada dengan hal itu al-ustadz Agung Ketua FPI Jabar juga
mengharapkan pemberitaan selama ini tentang FPI harus bersikap objektif,
jangan sampai FPI diberitakan sebagai ormas anarkis saja sedangkan
kegiatan FPI lainnya yang bersifat sosial seperti pembangunan Masjid
Rumah Sakit di Palestina dan yang lainnya jarang diberitakan.
Republika jangan seperti “Jual Onta cap Babi, tapi Jual Onta cap Onta” ungkap salah satu perserta dari DKM AL Furqan Cimahi
Acara yang berlangsung selama satu jam tersebut akhirnya kembali di
tutup oleh al-ustadz roin, sebelum ditutup beberapa ormas Islampun
memberikan nasehat dan pesan kepada Republika, seperti al-Ustadz Rifki
dari Al-Irsyad bahwa Republika harus menjadi media Patner bagi Umat
Islam jangan takut kehilangan oplah dengan harus memberitakan sesuatu
yang buruk, yang halal masih banyak dan lebih berkah, mengambil isitilah
yang disampaikan salah satu DKM al-Furqan Cimahi bahwa Republika jangan
seperti “
Jual Onta cap Babi, tapi Jual Onta cap Onta”, kontan
saja para peserta audensi tersenyum geli mendengar ungkapan tersebut
sembari membubarkan diri dan melaksanakan shalat ashar berjamah di
Kantor Republika perwakilan Jawa Barat. (
Miftah/Radio Fajri/abdulah/voa-islam.com)
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/11/29/27844/republika-jangan-seperti-jual-onta-cap-babi-tapi/#sthash.j4FD8UIp.dpuf