Sekretariat Gabungan (Setgab) diyakini tidak akan pecah hingga
berakhirnya pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono di 2014
jika melihat peristiwa politik di koalisi selama ini. Pemerintah
dinilai tetap membutuhkan seluruh partai politik koalisi, termasuk
Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Perahu Setgab sudah retak dari
dulu. Tapi saya yakin tidak akan pecah sampai akhir jabatan," kata
Hanta Yuda pengamat politik dari Pol-Tracking Institute saat diskusi
Sindo Radio "Perahu Retak Setgab" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu
(8/6/2013).
Hanta mengatakan, perbedaan sikap PKS terkait rencana
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi saat ini hampir sama
dengan drama di koalisi sebelumnya seperti
bail out Bank
Century, hak angket pajak, hingga rencana kenaikan harga BBM tahun
2012. Seluruh drama politik itu tidak juga membuat perahu Setgab pecah.
Hanta
menambahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak mungkin
mengeluarkan PKS dari koalisi lantaran masih dibutuhkan untuk
mengimbangi manuver Partai Golkar khususnya di DPR. Saat ini, total
kekuatan enam parpol koalisi pemerintah di DPR sekitar 75 persen.
Jika
PKS keluar koalisi, total kekuatan koalisi di DPR masih mayoritas,
yakni sekitar 65 persen atau 366 kursi. Hanya saja, kata Hanta,
Partai Golkar bakal menjadi kunci lantaran memiliki 106 kursi atau
sekitar 20 persen kursi. "Kalau PKS keluar, Golkar akan jadi penentu di
koalisi (jika Golkar keluar tinggal 45 persen di DPR). Jadi pemerintah
butuh PKS," katanya.
Dikatakan Hanta, jika keputusan resmi PKS
tidak mendukung kebijakan pemerintah soal BBM, bisa saja Presiden
memberikan sanksi kepada PKS. Pasalnya, sudah ada pengalaman Presiden
mengurangi kursi PKS di kabinet, dari empat menteri menjadi tiga
menteri.
"Tapi kalau keluarkan PKS, saya ragu. Mungkin sampai 2014 begini saja ceritanya," pungkas Hanta.
Seperti
diberitakan, para elit PKS menyebut menolak rencana kenaikan harga
premium menjadi Rp 6.500 per liter dan solar Rp 5.500 per liter.
Penolakan itu juga terlihat dari spanduk-spanduk yang dipasang PKS di
jalan-jalan Jakarta.
Namun, menteri-menteri asal PKS menyebut
tidak ada keputusan resmi partai menolak kenaikan harga BBM. Sikap yang
muncul di publik hanya merupakan sikap DPP PKS. Adapun sikap resmi
partai berasal dari Dewan Pimpinan Tinggi Partai (DPTP).