Warga asing saat ini hidup di bawah kecurigaan di Mesir. Tersulut oleh
agitasi media yang ditoleransi negara, banyak warga Mesir yang mulai
membidik warga asing atau bahkan memperlakukan mereka dengan kebencian.
Amerika Serikat menjadi target cemoohan bipartisan. Baik dalam
demonstrasi Islamis maupun sekuler. Pemandangan foto Presiden Barack
Obama yang tercoreng sudah tidak asing lagi. Begitu juga dengan foto
duta besar Amerika yang dibubuhi tulisan berisi hinaan.
Pengunjuk rasa PRO MURSI dan kaum Islamis membenci
Amerika Serikat karena dinilai membiarkan penggulingan Mohammad Mursi.
Semakin banyak warga Mesir yang terobsesi dengan teori konspirasi.
"Kita pernah punya demokrasi, tapi militer tidak menginginkannya,"
pungkas Mohammad Hasan, seorang Islamis, kepada DW. "Eropa dan AS begitu
menekan militer untuk menggulingkan Mursi, karena mereka memiliki
kepentingan sendiri di Mesir."
Hidup dalam Ketakutan
Namun agitasi terhadap pengungsi Suriah dan Palestina memasuki dimensi
yang lebih serius. Sejak bentrok pertama antara pendukung Ikhwanul
Muslimin dan demonstran anti-Mursi, warga Suriah dan Palestina menjadi
kambing hitam.
Badan militer dan keamanan Mesir mengklaim Ikhwanul Muslimin membayar
pengungsi Suriah untuk menembak tentara dan pengunjuk rasa anti-Mursi.
Televisi pemerintah dan swasta turut menyebarkan rumor ini, mendorong
kampanye kebencian terhadap orang Palestina dan Suriah.
Mostafa El-Gindi, seorang mantan anggota parlemen, dalam siaran televisi
swasta ONTV menganjurkan penutupan jalan di dekat perbatasan. Dengan
cara ini "para non-Mesir" dapat teridentifikasi, tambahnya. Warga Suriah
dan Palestina yang tertangkap di pos pemeriksaan harus dieksekusi,
tegas El-Gindi.
Demonstran para pendukung presiden yang digulingkan, Mursi
Perubahan persyaratan visa
Sepanjang kekuasaan Presiden Mursi, warga Suriah dapat masuk Mesir tanpa
visa. Namun situasinya berubah drastis sejak kudeta. Pemerintahan yang
kini didukung militer mengharuskan warga Suriah memiliki visa sebelum
masuk Mesir.
"Pihak berwenang mesir melarang masuk dua pesawat dua pekan lalu,"
ungkap Ahmed (27), seorang warga Suriah di Mesir. "Satu pesawat datang
dari Beirut dan satu lagi dari Damaskus. Pesawat harus terbang kembali
ke negara asal dengan seluruh penumpang."
Para penumpang dalam pesawat tidak mengetahui mengenai peraturan visa yang baru, yang diberlakukan dalam semalam.
Warga Palestina yang sudah berada di Mesir juga tidak merasa nyaman
karena dicurigai mempunyai hubungan dengan Hamas, yang berakar pada
Ikhwanul Muslimin.
Hamas disalahkan atas banyak kekerasan yang terjadi di Mesir. Mantan
presiden yang kini ditahan, Mohammad Mursi, dituding kabur dari penjara
dengan bantuan Hamas pada revolusi melawan Hosni Mubarak tahun 2011
lalu.
Rezim Mesir yang kini didukung militer diuntungkan oleh xenofobia di
Mesir. Istilahnya membunuh dua burung dengan sebuah batu. Di satu sisi,
militer dapat berperan sebagai penyelamat negeri melawan konspirator
asing. Pada sisi lain, militer dapat 'cuci tangan' atas penindasan yang
mereka lancarkan, yang terakhir 100 lebih demostran PRO MURSI syahid, dan menaruh kesalahan pada Palestina dan Suriah. Dalam prosesnya, kaum Islamis semakin didiskreditkan.
masihkah kita diam bila anggota tubuh kita terluka dan masihkah kita tega membiarkan bagian dari tubuh kita disakiti orang lain dan masihkah kita toleran dengan hal tersebut...kenapa kita musti memaafkan kesalahan dan kedzoliman terhadap umat islam padahal mereka menganggap benar dengan apa yang mereka perbuat..
semoga kita semakin respek terhadap saudara saudara kita yang berjuang dengan tetesan darah dan air mata, Semoga makin banyak yang mendoakan saudara2 kita yang sedang tertindas...amin..
by ADMIN