Mantan Panglima TNI Jenderal
(Purnawirawan) Endriartono Sutarto sempat menyindir Partai Nasdem di
acara perkenalan peserta kovensi calon presiden Partai Demokrat semalam.
Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem itu mengatakan Nasdem
belum punya sistem kaderisasi yang jelas, terutama dalam menentukan
capres. Ini yang membuat dia akhirnya berpaling ke Demokrat.
Mendengar
ucapan Endriartono itu, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Rio Capella
mengatakan partainya memang belum membahas soal pencapresan karena masih
fokus lebih dulu pada Pemilu Legislatif akan digelar sebelum Pemilihan
Presiden.
“Apakah Nasdem bisa mencalonkan presiden sendiri atau
berkoalisi, baru bisa ditentukan setelah pileg. Bagaimana mau mengusung
capres kalau kami belum tahu mau koalisi atau tidak. Itu buang-buang
energi namanya,” kata Rio, Senin 16 September 2013.
Untuk diketahui, suatu partai baru bisa mengajukan capres sendiri
bila memperoleh minimal 20 persen
suara nasional dalam pileg. Jika tidak, maka partai itu harus berkoalisi
dengan partai lain untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden. Itulah
yang menyebabkan Nasdem tak bisa buru-buru dalam menetapkan calon
presiden. “Kami ingin jadi partai besar, tapi ambisi tak harus
dikedepankan. Lihat juga situasi dan kondisi kader,” ujar Rio.
Oleh
sebab itu Rio berpendapat ucapan Endriartono tentang Nasdem
mengada-ada. “Pak En lagi galau. Jika mau konsentrasi pada konvensi,
jangan kayak kuda – kalau lari nyepak ke belakang. Tidak usah bawa-bawa
Nasdem,” kata dia.
“Apakah kemudian (sistem di) Demokrat lebih
jelas (dari Nasdem)? Demokrat itu tidak jelas. Kalau jelas ngapain buka
konvensi,” ujar Rio. Konvensi capres yang digelar Demokrat, kata dia,
justru membuktikan bahwa partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono itu
tak jelas kaderisasinya.
“Kalau SBY bisa dicalonkan tiga kali,
pasti tidak akan ada konvensi. Masalahnya tidak ada ada figur Demokrat
yang elektabilitasnya seperti SBY. Perspektif Pak En jadi terbalik-balik
begini,” ujar Rio.