FRONT Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengatakan bahwa
kembali melakukan perundingan dengan Israel hanya akan merugikan
Palestina. Dan menekankan bahwa hanya Intifadah yang mampu melawan teror
pendudukan Israel secara seimbang.
Anggota Komite Sentral PFLP, Jamil Mezher mengatakan dalam sebuah
pernyataan pers pada hari Ahad (29/9/2013), “Intifada kedua mengubah
keseimbangan kekuasaan dan menempatkan masalah Palestina di meja
masyarakat internasional.”
Dia menekankan bahwa intifada kedua dan hasilnya telah diinvestasikan
dengan cara yang salah. “Hasil intifada kedua tidak dieksploitasi di
bawah kerangka kerja nasional yang terpadu, dan pendudukan mampu
melemahkan perannya.”
Mezher menunjukkan bahwa ada beberapa pilihan yang tersedia bagi
rakyat Palestina, terutama dalam mencapai persatuan nasional. Rakyat
Palestina dapat bekerja menciptakan program nasional bersama untuk semua
faksi, mengikuti pilihan perlawanan dalam segala bentuknya.
Dia juga menyerukan untuk terus mengunjungi lembaga-lembaga
internasional, menahan pendudukan dan meminta pertanggungjawaban atas
kejahatan tersebut. Dengan menekankan bahwa tren tersebut dapat membuka
jalan untuk mengisolasi Israel secara internasional.
Intifada kedua pecah pada tanggal 28 September 2000, dan berlangsung
selama sekitar lima tahun, bentrokan bersenjata dan kekerasan terjadi di
dalamnya. Selama intifada kedua atau yang terkenal dengan intifada
Al-Aqsha, hampir 4412 warga Palestina tewas sementara lebih dari 48.000
orang terluka. [hf/islampos/pic]