Sebuah spanduk ucapan selamat Idul Fitri dari Jama’ah Ansharut Tauhid
(JAT) di Bogor yang menampilkan sosok ustadz Abu Bakar Ba’asyir di
copot paksa oleh petugas Trantib Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Ciomas,
Bogor, Jawa Barat, Senin (5/8/2013) lalu.
Spanduk bergambar ustadz Ba'asyir tersebut membentang di Jalan Pasir
Kuda, Kelurahan Pasir Kuda dan bertebaran pula sejumlah spanduk lainnya
yang ada di sudut-sudut di sekitar kawasan itu.
Sekilas, spanduk yang di pasang JAT tersebut, terlihat tak jauh
berbeda dengan sejumlah spanduk lainnya. Isinya pun sama, yakni berupa
ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri.
Akan tetapi, perbedaan dari spanduk itu adalah foto amir JAT, ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang sedang memegang jeruji besi.
...Takut memicu reaksi, spanduk itu pun langsung diberedel...
Menurut Khabul, Kasi Trantib Kelurahan Pasir Kuda, spanduk dari JAT
yang memasang foto ustadz Ba’asyir itu dicopot paksa dengan alasan
memicu reaksi berlebih dari masyarakat.
“Takut memicu reaksi, spanduk itu pun langsung diberedel,” kilah Khabul seperti dilansir
jjpn.
Khabul menambahkan, spanduk bergambar ustadz kharismatik asal Solo
itu diturunkan lantaran terkait kasus terorisme yang menjerat ustadz
Ba’asyir. Bahkan dengan tafsirannya sendiri, ia menganggap spanduk
tersebut mencoreng agama Islam.
“Walupun kata-katanya ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri, tapi foto
di dalam lapas sama saja mencoreng agama Islam,” kata Khabul kepada
Radar Bogor, pada Selasa (6/8/2013).
...Walupun kata-katanya ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri, tapi foto di dalam lapas sama saja mencoreng agama Islam...
Dia juga beralasan, penurunan spanduk bergambar kyai sepuh yang
divonis dholim pemerintah RI selama 15 tahun penjara ini karena sejumlah
warga tidak terima dengan foto bergambar ustadz Abu Bakar Ba'asyir
berada di dalam lapas.
Dia pun menegaskan akan terus menyisir sejumlah spanduk lain di wilayahnya dengan gambar yang sama.
“Yang menjadi permasalahan dalam spanduk itu adalah foto dalam jeruji
besi, yang secara tidak langsung mempermalukan agama Islam,” cetusnya.
Meski demikian, Khabul tidak merinci warga mana yang menolak
pemasangan spanduk yang lazim dilakukan oleh semua pihak dan lapisan
masyarakat tersebut.