Rabithah Thaliban Aceh (RTA) meminta Pemerintah Aceh dan ulama
mengkaji kembali gambar buraq dan singa yang disahkan sebagai lambang
Aceh oleh DPRA beberapa waktu lalu. “Ulama harus dilibatkan dan bisa
melakukan kajian kembali. Apakah sudah sesuai dengan semangat dan
cita-cita keislaman rakyat Aceh,” kata Teuku Zulkhairi, MA, Ketua
Departemen Riset RTA kepada koran ini, Selasa (2/4).
Dikatakan Teuku Zulkhairi, sejarah tentang Buraq tidak bisa
dipisahkan dari sejarah Islam yang diukir oleh Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam saat melakukan Israk Mi’raj. Namun, tidak ada
referensi otentik dalam sejarah Islam bahwa Buraq itu berkepala wanita.
Sebagaimana diketahui, Buraq hanya dimaknai sebagai kendaraan yang
terbangnya secepat kilat. Buraq dalam bahasa Arab berasal dari kata-kata
barq yang bermakna kilat. Sejauh penelusuran Rabithah Thaliban Aceh,
ilustrasi buraq yang kepala buraq digambarkan dengan kepala wanita
dengan mahkota emas di kepalanya adalah bentuk cemoohan Yahudi bagi Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah beliau melakukan Israk
Mi’raj. “Yahudi mencemooh nabi kita seolah gila perempuan dan harta,”
kata dia.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa pihaknya yakin, pemerintah Aceh dan
DPRA mengetahui sejarah tersebut. “Jangan sampai lambang Aceh
kontradiksi dengan semangat keislaman masyarakat Aceh. Persoalan lambang
apa yang bisa dipakai sebagai penggantinya, saya kira Pemerintah Aceh
dan DPRA bisa berkoordinasi dengan jajaran ulama besar di Aceh,”
tegasnya. Oleh karena itulah, Pemerintah Aceh dan DPRA harus siap
mendengar masukan dari ulama karena sejarah keemasan Aceh dulu diukir
dengan relasi mesra dan kritis antara ulama dan umara.
Maka itulah, Aceh hari ini juga tidak bisa dipisahkan dari kontribusi
ulama. Bahkan, dukungan dan partisipasi ulamalah perjuangan Aceh dari
masa penjajahan Belanda hingga era perdamaian dengan NKRI bisa terus
berlanjut.”Kita semua mencintai Aceh dan siap berjuang membawa Aceh
menuju kejayaan dalam semangat Islam tanpa simbol-simbol dan semangat
diluar Islam dalam simbol Aceh baru yang sedang dibangun,” demikian
ujarnya seperti dikutip
Rakyat Aceh.