Dikutip dari
Islampos, 13 Juli 2013, seorang pengikut Syi’ah
yang masih awam mengisahkan pengalamannya mengikuti buka puasa bersama
warga Syi’ah di Kompleks Yayasan Islamic Cultural Centre (ICC) Al Huda
di Warung Buncit, tidak jauh dari kantor
Harian Republika, persis di samping Halte Busway Pejaten Phillips.
Berikut beberapa penjelasannya mengenai perbedaan buka puasa antara orang Syiah dan Sunni.
- Ketika suara Adzan Maghrib terdengar berkumandang dari masjid Sunni
yang tidak jauh dari kompleks yayasan, para jamaah masih terduduk
mendengarkan ceramah. Bahkan penceramah yang memberikan ceramah belum
menunjukkan tanda-tanda ceramah akan selesai. Baru setelah suara adzan
tidak terdengar lagi penceramah selesai memberikan ceramah. Segera
berbuka? Tidak ! Penceramah malah memberikan waktu bagi para jamaah
untuk mengajukan pertanyaan. Orang Sunni biasanya kalau sudah adzan
Maghrib duduknya mulai gelisah tidak tenang menunggu kapan ceramah
selesai, tetapi tidak begitu dengan orang Syiah. Orang Syiah beranggapan
menyegerakan berbuka tidak sama artinya dengan adzan maghrib langsung
makan/minum. Tetapi menyegerakan berbuka itu adalah makan/minum sebelum
adanya kewajiban berpuasa lagi.
- Setelah ceramah selesai, dan diperkirakan sisa-sisa sinar matahari
tidak lagi kelihatan, baru para jamaah Syi’ah dipersilahkan untuk
berbuka. Biasanya bagi jamaah Syi’ah awam, kesempatan itu dipergunakan
untuk sesegera mungkin mengambil makan atau minum, seperti biasa pada
umumnya orang Sunni, berupa kolak atau apa saja yang juga kita jumpai
dimana-mana. Tetapi bagi orang yang dianggap sudah shalih biasanya
segera merapat dan bersiap untuk shalat Maghrib terlebih dahulu. Karena
di Syi’ah diutamakan untuk shalat Maghrib terlebih dahulu dari pada
berbuka puasa.
- Adzan maghrib dikumandangkan, denganlafazh sedikit berbeda dengan
adzan-nya orang Sunni, dan shalat Maghrib pun tiba. Para jamaah yang
biasa, segera kembali menuju barisan, setelah berwudhu tentunya. Setelah
Imam mengumandangkan iqamah. Iqamah yang membacakan imam, karena
imamlah yang mengajak untuk shalat berjamaah. Shalat magrib
dilaksanakan.
- Setelah shalat Maghrib selesai dilanjutkan dengan shalat Isya’
berjamaah. Jangan salah duga, ini bukan shalat kaum musafir. Pada fikih
Syi’ah, waktu shalat itu hanya ada 3 waktu. Waktu shalat Fajar (Shubuh
dalam Islam), waktu siang (Zhuhur dan Ashar dalam Islam), dan waktu
shalat Malam (Maghrib dan Isya’ dalam Islam). Waktu shalat Zhuhur dan
‘Ashr beriringan yang jarak keduanya tidak lebih dari 10-15 menit
kira-kira dari awal waktu Zhuhur. Hal yang sama dengan jarak antara
Maghrib dan Isya’. Tetapi afdhalnya waktu shalat, sama seperti waktu
shalat penganut Sunni, yang pada umumnya orang Indonesia. Jadi
kira-kira, kalau adzan Magrib di Jakarta pukul 17.50, maka buka puasa
orang Syi’ah antara pukul 18.15 – 18.30 WIB.
- Setelah acara makan besar selesai, para jamaah segera bersiap pulang
ke rumah masing-masing. Di Syiah tidak ada Shalat Tarawih, yang ada
shalat lail yang dikerjakan sendiri-sendiri di rumah, seperti shalat
biasa. Tetapi untuk qiyamul lail ini, di Syiah doanya panjang-panjang,
bisa sampai tengah malam.
Demikian pengalaman seorang pengikut Syi’ah awam yang mengikuti acara buka bersama Syi’ah.