Oleh: Dr. Mohammed Kamal
Meskipun
persiapan 'matang' yang disusun para pemimpin kudeta sejak keberhasilan
revolusi 25 Januari cukup meyakinkan, akan tetapi melihat kenyataannya
saat ini dampak buruk kudeta sudah bisa dipastikan dan ada di depan
mata. Bahkan rezim kudeta sedang berada di ambang kehancuran.
Saat
ini semua orang tercengang-cengang melihat buruknya kinerja dan langkah
yang diambil oleh militer. Sekalipun mereka adalah raja dalam ilmu
strategi, namun pengelolaan politik mereka yang paradoks dan ironis
membuktikan bahwa militer gagal mencapai mimpi-mimpi kudeta.
Rezim
kudeta sudah tiba di ambang kehancuran, inilah gambaran kondisi yang
ada saat ini. Diantara pertanda dekatnya kegagalan dan kehancurannya
dapat terlihat dari banyak aspek:
1. Penggunaan mekanisme yang mirip dengan negara-negara gagal.
Barangkali
militer tidak memahami sebab-sebab jatuhnya rezim Mubarak yang terjadi
di depan mata mereka. Obsesi terhadap kekuasaan telah membutakan mereka
dan tidak bisa membaca peta perpolitikan dengan baik. Sehingga mereka
kembali menggunakan cara-cara yang sama dengan rezim terdahulu:
1. Penangkapan dan penyitaan
2. Penyesatan media dan pengaburan fakta
3. Operasi intelijen State Security, kepolisian dan premanisme
4. Menjatuhkan hukuman sesuai permintaan
Pada
kenyataannya cara ini tidak pernah menghasilkan apa-apa selain
memancing perlawanan dan pemberontakan terhadap penguasa. Mungkin mereka
lupa bahwa segala tekanan dan ancaman tersebut telah lenyap bersama
revolusi 25 Januari. Buktinya saat ini Islamis sudah memperlihatkan
keberanian yang tinggi melawan teror keamanan.
Maka seluruh aksi
penangkapan dan pemberedelan yang dilakukan oleh rezim kudeta sejatinya
hanya menunjukkan ketakutan mereka pada lawan-lawan politiknya, bukan
sebaliknya.
Perputaran waktu tidak akan kembali ke belakang.
Rakyat tidak akan menerima re-adopsi sistem politik lama. Generasi
revolusi tidak akan membiarkan 'anjing-anjing penjaga' kembali menyerbu
rumah majikannya. Bisa diperkirakan bahwa perlawanan terhadap sistem
politik yang sedang diterapkan akan menjadi kejutan yang menggoyang
rezim kudeta. Perang politik ini akan menjadi penyebab keruntuhan
mereka.
Maka apa yang kita lihat saat ini sangat jelas
menunjukkan adanya permainan para konspirator. Mantan Jaksa Agung Abdul
Majid kembali memegang peradilan.. ia menolak Menteri Kehakiman untuk
kembali. Sementara keputusan-keputusan komedian terus digulirkan dengan
mencekal para petinggi Islamiyun dan membantai anggotanya.
Penyitaan aset dan kurungan hingga penghinaan terhadap tawanan di
penjara Tora, dan para pengacara juga tidak diizinkan masuk untuk
membela para tahanan. Semua peristiwa ini mengisyaratkan akan jatuhnya
rezim dan memudahkan tugas presiden Mursi setelah kembali ke istana
dengan aman.
2. Kegelisahan dan kebingungan para perwira
Hal
ini disebabkan kebohongan fakta yang dikeluarkan militer untuk menutupi
rangkaian kejahatan yang telah dilakukan. Ada banyak fakta kejahatan
yang senantiasa diputar balikkan. Seperti video di Abbasiah yang
kemudian dipublikasikan untuk menganulir pembantaian di depan Garda
Republik, seakan-akan militer lah yang diserang. Demikian juga dengan
video pidato Sisi yang penuh rekayasa.
Banyak lagi kasus
pembantaian yang akhirnya menggelisahkan tubuh militer. Kini mereka
tidak merasakan ketentraman hidup di tengah rakyat yang telah
dikhianati. Mereka kini dianggap penjahat di setiap jalanan Mesir.
Demikian juga yang dirasakan oleh prajurit kepolisian. Para pimpinan
militer juga merasakan tekanan publik, ini akan mangubah pandangan
mereka dan melakukan tekanan serupa kepada para peringgi kudeta.
3. Terburu-buru menerapkan sistem politik gaya baru
Para
petinggi militer tidak mempelajari situasi politik dengan baik,
sehingga mereka buru-buru menetapkan presiden sementara, mengeluarkan
dekrit konstitusi dan mengangkat pemerintahan baru. Barangkali mereka
memandang dengan cara ini akan memastikan kekalahan kubu pendukung
presiden Mursi. Namun kenyataannya tidak. Justru yang ada hanya
memancing kemarahan rakyat terhadap militer karena sangat yakin bahwa
rezim baru akan tercabut.
Dengan manipulasi fakta mereka mencoba
bermain-main untuk melegserkan legitimasi. Pada akhirnya rakyat akan
menyaksikan penipuan ini, dengan demikian pendukung pemerintahan Mursi
akan semakin meluas. Kita
akan melihat siapa yang lebih kuat; presiden yang bekerja melayani dan
memahami kepentingan rakyat atau rezim kudeta yang telah gagal
mengendalikan situasi.
4. Kekhawatiran AS terhadap kekacauan Mesir
Seorang
pemikir Inggris Robert Fisk dalam pernyataan terbarunya di CNN
mengatakan bahwa meningkatnya tekanan akan mempercepat perpecahan
internal militer. Militer tidak bisa menutupi kenyataan ini. Ada
sejumlah informasi pengunduran diri beberaa perwira militer, namun Sisi
berupaya menutup-nutupi dan berkilah.
Namun ada yang lebih
penting dari semua itu, Amerika -yang melindungi kudeta ini- telah salah
perhitungan. Reaksi pendukung Mursi ternyata menggoyahkan upaya
intervensi ini. Keteguhan demonstran pendukung Mursi kenyataannya malah
menjadi 'teror' bagi kepentingan Amerika. Washington berupaya
mengakomodir dan memberikan dukungan tanpa henti dengan tujuan menekan
atau menenangkan pendukung Mursi.
5. Keteguhan Pendukung Mursi
Beberapa
petinggi koalisi pendukung legitimasi menyatakan sudah lebih seribu
kali tekanan dan ancaman yang datang dari tentara terhadap demonstran.
Sehingga perang moral pun terjadi dan demonstran menerimanya dengan
lapang dada. Sehingga sikap militer dipandang banyak orang bagaikan
sebuah lelucon.
http://www.sinaimesir.net/2013/07/rezim-kudeta-di-ambang-kehancuran-kenapa.html