Guru Besar Ilmu Politik
Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit mengatakan Anas Ubaningrum (AU)
tidak serius mendorong SBY maju sebagai cawapres untuk menyelamatkan PD
pada 2014.
Menurutnya, secara etika politik SBY akan dinilai
sebagai orang yang haus akan jabatan tanpa memikirkan kepentingan
rakyatnya yang menginginkan regenerasi kepemimpinan.
"Berdasarkan
konstitusi, memang tidak dilarang (presiden kembali mencalonkan diri
sebagai cawapres), tapi secara etika, itu tidak tahu diri, tidak punya
etika sama sekali. Kalau presiden (SBY) maju lagi, dunia ketawa," ujar
Arbi di bilangan Cikini, Jakarta, Kamis (19/9/2013).
Arbi juga
menilai, wacana AU itu terinspirasi dari masa jabatan kepala daerah.
Dimana, kepala daerah setelah menjabat dua periode, diperbolehkan maju
kembali bersama calon kepala daerah yang baru sebagai wakilnya. Dan itu,
kata dia, hanya yang wajar dalam politik. "Malah ada anaknya dimajukan
jadi
bupati dia jadi wakilnya," ujar Arbi. Sementara
itu, Ketua DPD Demokrat Bali Made Mudarta mengatakan SBY merupakan
negarawan besar serta berintegritas tinggi untuk bangsa dan negara,
tentunya tidak akan maju sebagai cawapres.
"Terkait capres dan
cawapres, bapak SBY sudah pasti memberikan kesempatan pada putra dan
putri terbaik indonesia," ujar Made Mudarta.
Mudarta juga
memastikan, SBY tidak akan maju sebagai cawapres untuk masa bakti
2014-2019. "Sudah pasti beliau mendorong putra-putri terbaik indonesia
yang di sukai rakyat untuk menjadi presiden dan wakil presiden,"
tegasnya.
Sekedar diketahui, AU secara mengejutkan mewacanakan
SBY menjadi Cawapres dalam Pilpres 2014 mendatang dengan tujuan untuk
penyelamatan Partai Demokrat. Anas mengatakan ide dan usulan agar SBY
menjadi Cawapres dalam Pilpres 2014 mendatang secara konstitusional
terbuka lebar.
Pasalnya, secara elektoral, kata Anas,
memunculkan SBY sebagai Cawapres jelas menguntungkan. Pasalnya, tidak
dapat dipungkiri, popularitas dan elektabilitas SBY masih di atas
rata-rata tokoh yang belakangan muncul dalam berbagai lembaga riset.