Sosok Nabi ‘Isa
alaihissalam selalu menarik untuk dibicarakan. Sejak kelahirannya, ‘Isa sudah menarik perhatian banyak orang. Atas kekuasaan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala,
‘Isa lahir dari seorang gadis perawan bernama Maryam. Kejadian yang tak
lazim itu membuat masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggal
Maryam menjadi heboh. Orang yahudi kemudian menuduh Maryam sebagai
Pezina dan ‘Isa adalah anak hasil hubungan haramnya. Hingga sekarang,
persepsi kotor dan keliru ini masih diyakini oleh kaum Yahudi.
Sebaliknya, kaum Nasrani (Kristen) justru mengkhususkan ‘Isa yang
diyakini sebagai anak Tuhan. Ini pula yang menjadi doktrin penting di
dalam konsep Trinitas agama Kristen.
Ketika wafat, ‘Isa lagi-lagi menjadi perbincangan hangat. Kaum Yahudi
mengaku telah menyalib dan membunuhnya. Kaum Nasrani juga berpandangan
serupa, serta menyakini bahwa beberapa hari kemudian ‘Isa di angkat oleh
Tuhan.
Adapun Islam, sejak awal meluruskan pandangan keliru mereka dengan
menegaskan tentang kemuliaan akhlak Maryam sebagai perawan suci, yang
Allah takdirkan mengandung dan melahirkan ‘Isa meski perempuan itu tidak
pernah disentuh oleh seorang lelaki pun.
Begitu pula mengenai sangkaan orang bahwa ‘Isa mati di kayu salib,
Islam juga meluruskan pandangan keliru dengan menegaskan bahwa beliau
tidak mati disalib melainkan diselamatkan Allah dan diangkat ke langit,
ditempatkan ke langit kedua, kemudian menunggu untuk diturunkan kembali
ke dunia pada akhir Zaman.
Kontroversi itu menarik perhatian Dr.Muslih Abdul Karim, MA, sehingga
oleh beliau kemudian dijadikan tema disertasi gelar Doktornya (1995
).
“Banyak saudara kita sesama muslim yang kurang memahami tentang siapa
itu Nabi ‘Isa. Oleh karena itu, perlu ada rujukan yang berpijak pada
kebenaran, Al-Qur’an dan Hadits shahih (valid),” pria ramah ini memberikan alasan mengapa ia begitu concern (perhatian) terhadap sosok ‘Isa.
Dosen pasca-sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengkaji
tentang turunnya ‘Isa di akhir zaman. Menurutnya, munculnya Dajjal,
Imam Mahdi, turunnya Nabi ‘Isa ke bumi, dan peristiwa Kiamat memang
sudah dekat.
Berikut ini redaksi Fimadani ringkaskan pendapat beliau dalam
wawancaranya dengan Majalah Hidayatullah yang dimuat dalam edisi
08/XVIII/Desember tahun 2005:
Awal Kehidupan Dakwah ‘Isa
Sebagai utusan Allah, Nabi ‘Isa berdakwah kepada Umatnya, Bani
Israil. Ada yang beriman, yaitu kaum Hawariyyun, ada pula yang kafir
(menentangnya), kebanyakan dari kalangan Yahudi.
Pengikutnya semakin besar. Kaum Yahudi dan penguasa Romawi saat itu
gerah, pasalnya, materi dakwah Nabi ‘Isa berhasil mengubah
kebiasaan-kebiasaan para pembesar Romawi, seperti; gemar berzina,
minuman keras, dan suap-menyuap. Itulah sebabnya ‘Isa dikejar-kejar.
‘Isa lalu berpindah-pindah tempat. Kaum Hawariyyun bisa menyimpan
rahasia tentang keberadaannya sehingga ‘Isa lolos dari upaya pengejaran.
Namun rupanya ada seorang murid ‘Isa yang berkhianat. Dialah Yudas,
yang telah disuap oleh aparat kerajaan Romawi.
Lalu ketemulah tempat persembunyian Nabi ‘Isa. Ketika hendak
ditangkap, Allah mengangkat ‘Isa ke langit sehingga selamat dari tipu
daya dan fitnah kaum Yahudi. Pada saat itu, tentara Yahudi menangkap
Yudas yang oleh Allah dimiripkan dengan ‘Isa, baik suara maupun tampilan
fisiknya.
Allah berfirman, “..
wa maa qataluuhu wa mashalabuuhu wa laakin
syubbihalahum..”(dan mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan
dengan ‘Isa bagi mereka…). (An Nisa’ :57)
Jadi, yang disalib dan dibunuh itu bukanlah ‘Isa melainkan Yudas yang diserupakan oleh Allah seperti Nabi ‘Isa.
Pengangkatan Fisik Nabi ‘Isa
Umat Islam berbeda pendapat mengenai pengankatan Nabi ‘Isa, apakah
fisiknya atau hanya ruhnya saja. D i kalangan umat Islam sendiri ada
beberapa versi, bahkan di kalangan
ahlus-sunnah wal jama’ah juga begitu.
Di kalangan kita sendiri, semua sepakat dalam hal ‘Isa adalah hamba dan utusan Allah, namun berbeda pendapat dalam hal wafatnya.
Dalam
Tafsir Al Maraghi karya Syaikh Maraghi misalnya,
dinyatakan bahwa Nabi ‘Isa sudah meninggal dunia. Yang diangkat adalah
derajat dan kemuliaannya. Ini pula yang dinyatakan oleh Buya HAMKA
dalam Tafsir Al Azhar nya,
yang tampaknya mengacu pada Maraghi. Pendapat serupa juga dianut Syaikh
Mahmud Syaltut. Jadi, pendapatnya hampir sama dengan apa yang diyakini
oleh kaum Yahudi dan Nasrani.
Ada pula yang menyebut Nabi ‘Isa diangkat dalam keadaan tidur, misalnya dalam
Tafsir Al-Alusi. Namun Ath-Thabari, Ibnu Katsir, Al-Qurtubi, dan
jumhur (mayoritas) ulama mengatakan bahwa Nabi ‘Isa diangkat roh dan jasadnya, dalam keadaan hidup, dan tidak tidur.
Perbedaan Pendapat di Kalangan Yahudi dan Kristen
Orang Yahudi menyakini telah menyalib dan membunuh ‘Isa.
“Dan karena ucapan mereka. Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih ‘Isa putra Maryam..” (An Nisa’: 157)
Keyakinan seperti itu juga diikuti oleh kaum Nasrani, yang juga
menyakini bahwa setelah meninggal, beberapa hari kemudian ‘Isa diangkat
ke langit oleh Tuhan. Penyaliban Isa merupakan salah satu prinsip
doktrin agama Kristen (terutama sejak Konsili Nicea tahun 400an).
Seseorang tidak dianggap sebagai pemeluk Nasrani kecuali yang percaya
kepada penyaliban ‘Isa untuk menebus dosa umat manusia.
Dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang membantah itu semua.
“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman
kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti ‘Isa akan
menjadi saksi terhadap mereka.” (An Nisa’: 159)
“Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan
tentang hari Kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu tentang kiamat itu…” (Az Zukhruf: 61)
“… dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang shaleh.” (Ali ‘Imran :46)
Ada kata
“kahlan” dalam ayat itu yang berarti dewasa, usia antara 30-40 tahun,
jumhur ulama
menyebutnya 33 tahun. Pada usia itulah (33 tahun) ‘Isa di angkat ke
langit dan kelak akan turun lagi (ke bumi). Ath Thabari dan Ibnu Jarir
mengatakan bahwa ‘Isa berbicara ketika masih bayi dan ketika dewasa saat
membunuh Dajjal.
Ayat-ayat di atas menerangkan bahwa Nabi ‘Isa memang masih hidup dan kelak akan turun di akhir zaman.
Dimana ‘Isa Sekarang Berada?
‘Isa diangkat oleh Allah dan sekarang ditempatkan di langit kedua.
Kenapa di langit kedua? Karena kelak akan turun ke bumi lagi. Barangkali
logika kita sulit menerima tentang hal ini. Kalau di langit kedua, di
sebelah mana, bagaimana caranya, makan apa?
Wallahu a’lam. Itu
urusan Allah. Kalau menurut logika memang barangkali sulit di mengerti
sebab ini masalah ghaib, yang dapat menerima adalah keimanan kita. Yang
jelas itu ada di dalam Hadits, bukan omongan saya.
Perihal ‘Isa akan turun ke bumi pada akhir zaman diterangkan oleh banyak Hadits
shahih,
termasuk yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Kalau nanti
akan turun, berarti memang benar bahwa Nabi ‘Isa belum meninggal.
Kisah Turunnya Nabi ‘Isa
Dari Aus bin ‘Aus, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“‘Isa bin Maryam akan turun di (masjid) menara putih di Damaskus (Suriyah).” (Riwayat Thabrani). Allah izinkan Nabi ‘Isa turun dengan di antar dua malaikat.
Menurut Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah, saat itu kaum
muslimin tengah bersiap-siap untuk shalat shubuh di masjid menara putih
Damaskus (Suriah). Iqamat dikumandangkan, lalu ‘Isa turun. Melihat
kedatangan utusan Allah, Imam Mahdi yang saat itu menjadi pimpinan kaum
muslimin mempersilahkan ‘Isa untuk menjadi Imam shalat. Namun ‘Isa
menolak dan mempersilahkan Al Mahdi untuk menjadi imam. Ibnu Katsir 800
tahun yang lalu sudah menyebutnya, dan menara putih itu sampai sekarang
masih ada di Damaskus.
Rombongan 70 ribu orang Yahudi bersenjata lengkap yang dipimpin oleh
Dajjal hendak menyerang dan membunuh kaum muslimin. Usai shalat, maka
Nabi ‘Isa dan Al-Mahdi keluar dari masjid dan terjadilah pertempuran
hebat.
Begitu melihat Nabi ‘Isa, Dajjal pun lari ketakutan dan bersembunyi
ke dalam barisan pasukannya, seperti garam yang dimasukkan ke dalam air,
lenyap begitu saja. Namun Nabi ‘Isa tetap mengetahui keberadaan Dajjal
dan pada akhirnya ‘Isa berhasil membunuh Dajjal.
Ini diterangkan dalam Hadits riwayat Ahmad dan Hakim. Hadits tersebut
diriwayatkan Ahmad dengan dua sanad, satu di antaranya dengan
perawi-perawi Hadits
shahih.
Setelah membunuh Dajjal, ia menghancurkan salib, membunuh babi,
menyudahi peperangan, dan harta benda melimpah ruah. Ini terdapat di
dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan
Ahmad.
Maksudnya menghancurkan salib adalah benar-benar dihancurkan dalam
arti sebenarnya. Salib adalah simbol penyembahan kepada Nabi ‘Isa
sebagai Tuhan Yesus. Menurut Ibnu Hajar, ini untuk meruntuhkan agama
Nasrani (Kristen). Juga membunuh babi, karena selama ini orang Nasrani
mengaku pengikut ‘Isa tetapi mereka menghalalkan (memakan) babi.
Menurut Dr Muslih Abdul Karim, penghancuran salib itu dilakukan juga
oleh kaum Muslimin. Salib kan tidak cuma ada satu. Sama halnya seperti
yang dilakukan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika
menghancurkan berhala-berhala, diikuti pula oleh umatnya.
‘Isa juga menyerukan Tauhid dan menerapkan syariat Islam. Ia menjadi
penguasa yang adil. Selain itu, ‘Isa melaksanakan ibadah Haji dan juga
umrah, serta berziarah ke makam Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa
sallam. Keterangan tentang hal ini bersandar pada beberapa Hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim, Bukhari, Ahmad dan Hakim.
Dalam surat An Nisa’ ayat 159 dinyatakan bahwa kelak Ahlul-Kitab akan
beriman kepada Nabi ‘Isa. Maksudnya adalah bahwa ereka (Ahli Kitab)
mengaku bahwa ‘Isa itu adalah utusan Allah, hamba –Nya, dan beriman
kepada kalimat Allah yang disampaikan kepada Maryam. Bukan seperti
anggapan orang Yahudi sekarang yang menganggap ‘Isa adalah anak pelacur,
atau seperti anggapan orang Nasrani yang menyakini bahwa ‘Isa adalah
Yesus, anak Allah. Dengan demikian, semua agama runtuh kecuali agama
Islam. Jadi, apa yang disebut sebagai
Ahlul-Kitab adalah kaum Yahudi dan Nasrani.
Peristiwa ini akan terjadi sebelum kematian ‘Isa. Sebelumnya ada rentetan peristiwa, diantaranya ialah munculnya Imam Mahdi,
al malhamah kubra (peperangan besar), munculnya Dajjal, dan kemudian Dajjal terbunuh. Jadi,
ahlul-kitab akan beriman setelah melakukan peperangan melawan kaum muslimin.
Menurut Hadits riwayat al-Hakim dan beberapa Hadits lain, ‘Isa
tinggal selama 40 tahun. Ia mengemban misi yang diperintahkan Allah
kepadanya. Setelah dunia aman dan tenteram selama tujuh tahun, ia
meninggal dunia, di shalati, dan dimakamkan oleh kaum muslimin. Dalam
Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, ‘Isa akan dimakamkan disamping
makam Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (di Madinah).
Ciri-ciri Kemanusiaan ‘Isa
Ada banyak ciri-ciri kemanusiaan ‘Isa dalam Al-Qur’an, Allah
menerangkan bahwa ibunya dan ‘Isa sendiri itu makan dan minum. Perilaku
itu berlaku pada Tuhan atau manusia? Nah, kalau misalnya sehabis makan,
kenyang, lalu apa? (maaf) tentu akan buang air besar. Apakah Tuhan buang
air besar?
Selain itu, ‘Isa berada di dalam kandungan ibunya selama sembilan
bulan, sama seperti kita, lalu kemudian lahir. Masa’ Tuhan dilahirkan?
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad dijelaskan bahwa
kelak di akhir zaman ‘Isa melaksanakan ibadah Haji, lalu menikah.
Kemudian, ‘Isa akan meninggal. Bagaimana Tuhan bisa meninggal?
Untuk mengenali ciri fisik Nabi ‘Isa, telah disebutkan dalam hadits
berikut. Menurut Hadits riwayat Ahmad dari Abu Hurairah, dia berbadan
sedang (tidak tinggi dan juga tidak pendek), kulitnya putih
kemerah-merahan, berambut lurus, seolah-olah rambut kepalanya meneteskan
air walaupun tidak basah, mengenakan dua potong pakaian berwarna
kekuning-kuningan.
Hadits Ahad dalam Kisah Turunnya ‘Isa
Menurut Ibnu Katsir, Hadits-hadits tentang turunnya ‘Isa sebelum kiamat itu
mutawatir,
minimal diriwayatkan oleh 33 sahabat Nabi. Begitu pula pendapat Al
Kautsari, Al Maududi, Al Kattani, dan lain-lain. Menurut Al Maududi, ada
lebih dari 70 Hadits yang menceritakan perihal tentang turunnya Nabi
‘Isa di akhir zaman.
Berita tentang ‘Isa bukan dari Hadits ahad (riwayat perorangan)
seperti pendapat beberapa pihak. Dan seandainya satu saja Hadits dan
itu
shahih, misalnya dari Bukhari atau Muslim, itu sudah cukup (untuk menjadi dalil).
Redaktur: Shabra Syatila