KAIRO
(SALAM-ONLINE): Saat
terjadi aksi biadab dari pasukan teroris Mesir terhadap rakyat pendukung Mursi,
beberapa gereja di Mesir dibakar orang. Media Mesir yang pro rezim teroris
langsung menuduh massa pro Mursi yang didukung Ikhwanul Muslimin-lah yang
membakar gereja tersebut. Parahnya, berita ini langsung dikutip dan dibenarkan
oleh media-media Barat.
Provokasi
dan fitnah murahan seperti ini memang sering terjadi. Seolah sudah menjadi
rumus jika gereja terbakar pasti yang membakar adalah kelompok Islam ‘militan’.
Ditambah logika bahwa gereja kristen ortodoks koptik memang mendukung
penggulingan Mursi yang dilakukan oleh teroris Militer Mesir. Maka sudah pasti
kelompok pro Mursilah yang dituduh menyerang gereja. Padahal dalam situasi
rusuh yang tidak terkontrol seperti kemarin, dengan mudahnya siapapun menyusup
dan berbuat anarki.
Namun di
tengah media internasional ramai-ramai menuding Ikhwanul Muslimin sebagai pembakar
gereja, Vicar (istilah pendeta dari gereja ortodoks) dari Gereja Mary Gerges di
Al Minya Jum’at (16/8/2013) menyatakan, bahwa di saat para imam menyeru
pengikutnya untuk melindungi gereja, datanglah gerombolan Milisi Baltagiya
pendukung mantan Presiden Husni Laa Mubarak yang melempar bom molotov dan
membakar gereja. Baltagiya adalah istilah (bahasa) Mesir untuk menyebut tentara
bayaran. Orang-orang Mesir tahu bahwa Diktator Husni Laa Mubarak yang berkuasa
selama 30 tahun lebih itu masih memiliki milisi Baltagiya (tentara bayaran).
Vicar Ayub
Yusuf mengatakan kepada stasiun berita “On TV” Mesir bahwa sejak
“peristiwa 3 Juli 2013, dimana militer mengumumkan kup terhadap Presiden
Mursi, Milisi Baltagiya telah melakukan beberapa kali serangan terhadap gereja
dan bangunan monastery bersejarah yang telah berdiri sejak 1.500 tahun yang
lalu”. Dalam berbagai aksi demonstrasi, batalgiya inilah yang sering melakukan
penjarahan, perampokan dan aksi anarki.
Rekaman
video saat sekelompok orang berusaha membakar gereja
Vicar Yusuf
mengatakan bahwa komunitasnya telah melakukan kesepakatan dengan polisi dan
tentara untuk melindungi gereja mereka dari serangan batalgiya, namun ternyata
polisi tak bisa mengatasinya. Bisa jadi memang ada unsur kesengajaan yang
bertujuan membentuk opini bahwa kelompok pendukung Mursi-lah pelakunya.
Beberapa jam
setelah pembubaran paksa kamp aksi duduk damai di masjid Rabi’ah
Al-Adawiyah dan Al-Nahdhah Square, datanglah gerombolan batalgiya ini dan
membakar sejumlah gereja.