(Farid Nu’man, SS. Dari majalah Tsaqif Edisi 17 dan 18 aug-sep 06)
Mereka sering mengatakan 'Para ulama telah
memperingatkan manusia agar hati-hati atas kesesatan tokoh tokoh
Ikhwan.' Pertanyaannya, ulama mana yang dimaksud? Kita dapatkan justru
Syaikh bin Bazz (mantan Mufti Kerajaan Saudi Arabia dan ketua Hai'ah
Kibaril Ulama), Syaikh al Albany, Syaikh Abdullah bin al Jibrin, Syaikh
Shalih al Luhaidan, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Asy Syaikh (saat
ini menjadi ketua Hai'ah Kibaril Ulama menggantikan Syaikh bin Bazz),
Syaikh Abdullah bin Hasan al Qu'ud, mereka memberikan kesaksian positif
terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, sebagaimana yang akan kami beberkan. Mereka
-kecuali Syaikh al Albany- adalah Para ulama besar yang berada dalam
jajaran Hai'ah Kibaril Ulama (Organisasi Ulama Besar) Kerajaan Saudi
Arabia, yang telah menjadi rujukan mapan kaum salafiyyin.
Biasanya jika di luar kelompok mereka (salafy) mengutip pendapat ulama-
ulama salafy masa kini, mereka akan mengatakan, "Ahli bid'ah biasanya
mengutip perkataan ulama Ahlus Sunnah yang cocok dengan hawa nafsunya
saja." Ini adalah ucapan sinis dan fanatis buta. Siapakah yang
melarang-larang manusia mengutip perkataan ulama yang objektif dan
jujur? Sayangnya mereka juga melakukan hal yang sama; yakni hanya
mengambil ucapan ulama yang sejalan dengan pemikiran mereka saja. Jangan
harap anda menemukan mereka mengutip ucapan ulama lain, seperti Al
Maududi, Al Banna, Al Qaradhawy, keluarga Quthb, Salman al Audah, Aidh
al Qarny, kecuali untuk dicari dan dikoleksi kesalahannya. Allahul
musta'an!
Perlu ditegaskan, kata 'mereka' yang kami maksud
bukanlah para ulama salafy rabbany yang amat kita cintai dan muliakan,
'mereka' di sini adalah orang yang mengklaim dirinya paling Ahli Sunnah,
paling salaf, paling benar, paling cerdas dalam istid/al (pengambilan
dalil), dan paling .. paling .... Menurut pengakuannya, mereka adalah
penuntut ilmu, bukan ulama. Mereka' pun tidak mewakili semua, sebab
masih banyak di antara mereka yang moderat, rendah hati, dan mau
berdialog. Seharusnya penuntut ilmu harus menjadi Thalibul Ilmi al
Mu'addib (penuntut ilmu yang beradab).
Kembali kepada permaslahan, siapakah ulama yang mereka maksud?
Apakah mereka para mufti ternama yang diakui dunia? Apakah Syaikh Rabi'
bin Hadi al Madkhaly hafizhahullah yang dimaksud? Darinya telah banyak
karya untuk meyerang Ikhwan, khususnya Sayyid Quthb. Tentang Syaikh ini,
berkatalah Syaikh Abu Bashir at Thurthusy, "Adapun Rabi' bin Nadi al
Madkhaly, saya tidak melihatnya dalam barisan para ulama dikarenakan
lisannya yang sering kasar terhadap saudaranya ..." ( Abduh Zulfidar
Akaha, Siapa Teoris? Siapa Khawarij? , hal. 323. Catatan kaki no. 625,
bantahan terhadap buku Mereka Adalah Teroris! ) Syaikh al Qaradhawy
sendiri menyebut Syaikh Rabi' sebagai Salafy Jamiyun (beringas)..
Ataukah Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairi, yang dalam bukunya
Madarikun Nazhar banyak menyerang Ikhwan, FIS, Muhammad Quthb, Salman al
Audah, Safar al Hawaly, Aidh al Qrny, Abdurrahman Abdul Khaliq, dan
lain-lain? Syaikh Abu Bashir at Thurthusy dalam salah satu fatwanya
menyebutkan bahwa Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairy adalah orang
yang tidak pernah terdengar namanya dalam jajaran ulama. (Ibid. hal. 62.
catatan kaki. no. 99)
Komentar para ulama yang sezaman dengan
tokoh-tokoh Ikhwan tersebut tentu lebih layak diikuti dan dipercaya,
dibanding komentar orang yang datang setelah zamannya dan tidak pernah
berinteraksi dengan mereka. Komentar penulis buku Mereka Adalah Teroris!
Yaitu Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah tentang
sesatnya tokoh-tokoh Ikhwan dengan menyebut mereka takfiri, khawarij,
teroris, anjing¬anjing neraka, ruwaibidhah (orang-orang dungu),
mu'tazilah, bocah-bocah ingusan, pemikir linglung, dan lain-lain, adalah
tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Ciri khas buku tersebut adalah
mencaci maki dahulu membahas kemudian. Buku tersebut disusun untuk
membantah buku Imam Samudera, Aku Melawan Teroris. Namun sayangnya, Imam
Samudera hanyalah batu loncatan, sebagian besar muatan buku tersebut
berisi serangan terhadap semua gerakan Islam yang tidak sejalan dengan
Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh dan kelompoknya, lebih khusus
serangan untuk Ikhwan dan tokoh-tokohnya. Padahal mereka amat moderat,
dan jelas-jelas tidak sejalan dengan Imam Samudera yang radikal. Ajaib
memang, di satu sisi Ikhwan dituduh terlalu moderat, di sisi lain
dituduh sebagai biang terorisme dunia. Apakag ada orang moderat yang
radikal?
Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini bukan barang baru, dan
sudah kami bantah dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang
Terzalimi edisi lengkap, (2004, Pustaka Nauka- Depok) jauh sebelum
terbitnya buku Mereka Adalah Teroris! Ustadz Luqman bin Muhammab
Ba'abduh adalah seorang keturunan Arab (Yaman) yang lahir di Bondowoso,
Jawa Timur, pada 13 Mei 1971 M (Ibid, hal. 31) Beliau tujuh tahun lebih
tua dibanding kami. Dari sini bisa diketahui, ia dilahirkan jauh setelah
syahidnya Sayyid Quthb (w.1966 M), dan syahidnya Hasan al Banna (w.1949
M), dan usianya baru 18 tahun ketika syahidnya Abdullah 'Azzam (w.1989
M), dan masih 16 tahun ketika Syaikh Ahmad Yasin mendirikan HAMAS
(berdiri 1987 M), baru dua tahun ketika Yusuf al Qaradhawy meraih gelar
doktornya tahun 1973 M dengan disertasi Fikih Zakatnya, artinya Ustadz
ini terlalu muda dan berani, bahkan sangat-sangat berani, untuk
'menghabisi' para tokoh-tokoh tersebut. Memang, hanya orang besar yang
bisa menghormati orang besar. Adapun orang berlagak besar, biasanya
melihat orang lain dengan kerendahan.
Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam besabda:
"Bukan dari umatku orang yang tidak menghormati orang besar kami dan
tidak menyayangi orang kecil kami dan tidak mengetahui (hak) orang alim
kami." (HR. Ahmad dengan sanad hasan, Thabarani dan Hakim, tatapi dalam
riwayatnya tertulis: "bukan dari kami". Syaikh al Albany menshahihkannya
dalam Shahih Targhib wa Tarhib, 1/116)
Ada sebuah syair: Wahai orang yang ingin menanduk gunung tinggi untuk menundukannya Sayangilah kepala(mu), dan bukan gunung itu
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata: Ingin terbang, tidak memiliki
bulu burung, Ingin memanduk kambing hutan, tidak memiliki tanduk.
Kali ini, kami akan paparkan kesaksian para ulama sunnah masa kini
tentang tokoh-tokoh Ikhwan tertuduh tersebut. Anda akan menemukan
perbedaan mencolok ulama sunnah tersebut dengan kalangan yang justru
mengaku mengikuti mereka. Kesaksian ini kami ambil dari buku Al Ikhwan
Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi edisi lengkap dan juga buku
yang sangat bagus, karya Al Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, Lc
-hafizhahullah- yang berjudul Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Penerbit
Pustaka Al Kautsar, cetakan pertama, Juni 2006. Sebuah buku yang
berhasil membuka banyak sekali kesalahan, kedustaan terhadap ulama, dan
penyimpangan pemikiran (yang justru mudah mengkafirkan orang lain), dari
Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh -hafizhahullah- yang tertera dalam
buku Mereka Adalah Teroris! Maaf, istilah `kedustaan' bukanlah dari kami
tetapi dari Ustadz Abduh Zulfidar sendiri terhadap Ustadz Luqman,
sebagaimana tertera dalam Catatan Ketujuh (hal. 137 - 159). Kami sangat
menganjurkan (tanpa berniat promosi) bagi pembaca setia Tatsqif untuk
segera membaca dan menelaah baik buku tersebut. Selain dari dua buku
tersebut kami juga memaparkannya dari sumber¬sumber lain.
Kesaksian Ulama Terhadap Imam Hasan al Banna -rahimahullah
1.Syaikh al Fadhil al 'Allamah Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -hafizhahullah
Ia adalah anggota Hai'ah Kibaril Ulama Arab Saudi yang tak diragukan
kesalafiannya. Ada orang yang bertanya kepada Syaikh, "Saya memohon
kepada Anda, wahai Syaikh, maaf, sesungguhnya ada sebagian pemuda yang
membid'a bid'ahkan Sayyid Quthb dan mereka melarang membaca buku-buku
karya beliau. Dan, mereka juga mengatakan hal yg sama tentang Hasan al
Banna. Mereka pun mengatakan sebagian ulama sebagai khawarij. Hujjah
mereka adalah penjelas kesalahan-kesalahan ulama tersebut kepada
manusia. Padahal mereka sekarang masih menuntut ilmu. Saya memohon jawab
dari Anda demi menghilangkan keraguan ini pada kami, sehingga hal ini
tidak menimpa banyak orang." Syaikh berkata -setelah menyebut beberapa
dalil-, "Saya kataka sesungguhnya Sayyid Quthb dan Hasar Banna adalah
termasuk ulama kaum muslimin dan tokoh da'wah Islam. Melalui da'wah
mereka berdua, Allah telah memberi hidayah dan manfaat kepada ribuan
manusia. Partisipasi da'wah mereka berdua tidak mungkin diingkari. Itu
sebabnya Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengajukan permohonan dengan nada
lemah lembut kepada Presiden Mesir saat itu, Jamal Abdul Naser -semoga
Allah membalas kejahatannya dengan balasan yang setimpal- agar menarik
keputusan hukun gantung bagi Sayyid Quthb meski akhirnya permohonan itu
ditolak.
Setelah mereka berdua (Hasar Banna dan Sayyid Quthb)
dibunuh keduanya selalu disandangkan dengan gelar Asy Syahid karena
mereka dibunuh dalam keadaan terzalimi dan terania. Penyandangan gelar
tersebut diakui seluruh lapisan masyarakat dan tersebar luas lewat media
massa dan buku-buku tanpa protes dan penolakan. Buku mereka berdua
diterima para ulama dan Allah Subhana. wa Ta'ala memberikan manfaat
melalui da'wah mereka kepada hamba-hambaNya serta tidak ada seorang pun
yang melemparkan tuduhan kepada mereka berdua selama lebih dari 20
tahun. Jika mereka berdua melakukan kesalahan, Imam Nawawi, Imam
Suyuthi, Imam Ibnul Jauzy, Imam Ibnu 'Athiyah, Imam al Khathaby, Imam al
Qasthalany, dan Imam lainnya pernah melakukan kesalahan." Sampai di
sini dari Syaikh bin al Jibrin. (Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah
Yang Terzalimi, hal. 218-219, edisi lengkap. Lihat pula, Siapa Teroris?
Siapa Khawarij? Hal. 317- 319)
2. Kesaksian Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah (w. 1999 M/ 1420H).
Ulama terkenal, pakar Tafsir dan Hadits. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi
di Riyadh dan dosen paska sarjana di Universitas Muhammad bin Su'ud,
Saudi Arabia. Ia berkata, "Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh
Asy Syahid Hasan al Banna dipandang sebagai gerakan keislaman terbesar
masa kini tanpa diragukan. Tidak seorang pun dari lawan- lawannya dapat
mengingkari jasa gerakan ini dalam membangkitkan kesadaran di seluruh
dunia Islam. Maka dengan gerakan ini ditumpahkan segala potensi pemuda
Islam untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung syariatnya, meninggikan
kalimahnya, membangun kejayaannya, dan mengembalikan kekuasaannya. Apa
pun yang dikatakan mengenai peristiwa¬peristiwa yang terjadi atas jamaah
ini namun pengaruh intelektualitasnya tidak dapat diingkari oleh siapa
pun juga." (Istilah Asy Syahid asli dari Syaikh Manna' sendiri. Lihat
Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506. Litera AntarNusa. Lihat juga Siapa
Teroris? Siapa Khwarij?, hal. 316-317)
3. Kesaksian Mufti Besar Palestina Syaikh Hajj Muhammad Amin al Husaini -rahimahullah.
Ia berkata, "Sesungguhnya, sifat yang sangat menonjol pada diri AI
Banna adalah Ikhlas yang mendalam, otak yang cemerlang, dan kemauan yang
keras. Semua itu diperindah dengan kemauan yang kuat." (Badr
Abdurrazzaq al Mash, Manhaj Da'wah Hasan al Banna, hal. 89). Ia juga
berkata, "Asy Syahid Hasan al Banna dan para pengikutnya telah memberi
sumbangan besar bagi Palestina. Mereka mempertahankannya dengan berjuang
keras dan cita-cita mulia. Semuanya merupakan karya nyata dan
kebanggaan yang ditulis dalam sejarah jihad dengan huruf yang terbuat
dari cahaya." (Istilah Asy Syahid adalah asli dari Syaikh Amin al
Husaini. Ibid, hal. 141-142)
4. Kesaksian mantan Mufti Mesir, Syaikh Hasanain Makhluf rahimahullah.
Ia berkata, "Syaikh Hasan al Banna semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala
menempatkannya bersama para shalihin- adalah salah seorang tokoh Islam
abad ini. Bahkan ia merupakan pelopor jihad di jalan Allah dengan jihad
yang sesungguhnya. Beliau berdakwah dengan menempuh manhaj yang benar,
meniti jalan yang terang yang diterjemahkannya dari Al Qur'an, Sunnah
Nabi, dan ruh tasyri' Islam. Beliau melaksanakan semua itu dengan penuh
hikmah, hati-hati, dan sabar, dan 'azzam yang kuat sehingga da'wah islam
menyebar ke seluruh penjuru Mesir dan negeri-negeri Islam serta banyak
orang bergabung di bawah bendera da'wahnya." (Ibid, hal. 91)
5. Kesaksian Da'i terkenal, alim rabbani, al 'Allamah Abul Hasan Ali al Hasani an Nadwi -rahimahullah.
Ia berkata dalam pengantar buku Mudzakkirat Da'wah wa Da'iyah-nya Hasan
al Banna , "Pengarang buku ini termasuk di antara pribadi-pribadi yang
kami katakan memang sengaja dipersiapkan qudrah ilahiyah (kekuasaan
Allah), dibentuk tarbiyah rabbaniyah, kemudian dimunculkan pada waktu
dan tempat yang ditentukan.
Setiap orang yang membaca buku ini
dengan dada bersih, sikap obyektif, jauh dari sikap fanatik, dan keras
kepala pasti yakin bahwa pengarangnya adalah seorang yang memang
dipersiapkan untuk dihibahkan (bagi umat manusia) yang bukan hanya tiba
dan muncul begitu saja. Ia bukan sekadar produk sebuah lingkungan atau
sekolah; bukan sekadar produk sebuah upaya keras, dan bukan produk dari
sebuah percobaan. Ia merupakan salah satu produk dari taufik dan hikmah
ilahiyah yang menaruh perhatian besar terhadap agama dan umat ini."
(Hasan al Banna, Memoar Hasan al Banna untuk Da'wah dan Para Da'inya,
kata pengantar)
Sebenarnya masih banyak pujian ulama dunia
untuknya. Hal itu, merupakan kebiasaan para ulama sejak dahulu; seorang
ulama memberikan pujian (sekaligus kritik) terhadap ulama lainnya.
Selain nama-nama di atas masih banyak tokoh yang memberikan kesaksian
positif seperti Sayyid Quthb, Muhammad al Ghazaly, Muhammad al Hamid,
Abu Zahrah, Musthafa al Maraghi. Mahmud Syaltut, Muhibuddin al Khathib,
Yusuf al Qaradhawy, Said Ramadhan al Buthy, Said Hawwa, Abdus Salam
Yasin, Bahi al Khuli, KH. Agus Salim, Muhammad Natsir, dan lain-lain.
Hanya satu yang kami minta dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh
hafizhahullah; tolong sodorkan satu nama saja dari jajaran ulama yang
diakui dunia-(ingat! bukan diakui oleh kelompoknya saja)- pada masa
Hasan al Banna masih hidup, baik yang berinteraksi dengannya atau tidak,
yang memberikan tuduhan dan caracter asasination (pembunuhan karakter)
terhadap dirinya; dengan menyebutnya sesat, khawarij, dan sejumlah
istilah mengerikan yang biasa Anda gunakan itu. "Demikian itu (hanya)
angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: 'Tunjukanlah bukti
kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." (QS. Al Baqarah: 111)
Sayyid Quthb
Sayyid Quthb -rahimahullah- dianggap tokoh kedua Ikhwan ' setelah Imam
Al Banna, bahkan disebut sebagai ideolognya. Padahal beliau tidak pernah
bertemu dengan Imam Al Banna secara langsung, hanya berinteraksi
melalui risalah- risalahnya. Bahkan ia bergabung dengan Ikhwan termasuk
'belakangan' yaitu tahun 50-an, berarti beberapa tahun setelah wafatnya
Imam Al Banna. Namun demikian, pengaruhnya begitu besar bagi Ikhwan,
bahkan bagi kebanyakan aktivis pergerakan Islam dunia.
Di sini
akan dipaparkan kesaksian positif para ulama dunia kepadanya, di tengah
fitnah terorisme yang diarahkan ke Islam oleh barat, namun justru
diaminkan oleh segelintir da'i Islam yang juga ikut menuduh aktifis
Islam dan ulamanya ,sebagai teroris, termasuk Sayyid Quthb -rahmatullah
'alaih. Bahkan begitu tega mereka katakan bahwa Sayyid Quthb merupakan
investor dan kontributor terbesar secara fikrah, atas berbagai aksi
kekerasan atas nama Islam pada hari ini.
Berikut ini paparan
para Ulama yang memberikan kesaksian positif tersebut, dan pembaca akan
dapatkan betapa jauh berbeda antara para ulama ini dengan pandangan
sinis dan skeptis dari kalangan bukan ulama. Sehingga layak kita
bertanya, ulama mana yang diikutinya?
1.Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -rahimahullah.
Anggota Hai'ah Kibar al Ulama di Saudi Arabia. Silahkan lihat kesaksian
dan pembelaan beliau terhadap Sayyid Quthb dan Hasan al Banna dalam
rubrik Tsaqafah edisi 17, atau lihat kitab Al Ikhwan Al Muslimun Kubra
Al Harakat Al Islamiyah Syubhat wa,Rudud karya Al Ustadz Dr. Taufiq al
Wa'iy,hal. 515-516. Cet.1, 2001M/1421H. Maktabah Al Manar Al Islamiyah,
Kuwait.
2.Syaikh Bakr Abu Zaid -hafizhahullah.
Juga
anggota Hai'ah Kibar al Ulama. Ia telah membela Sayyid Quthb
-rahimahullah- dari serangan Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly. Ia
mengirim surat kepada Syaikh Rabi' sebagai nasehat untuknya. Silakan
lihat surat tersebut - sangat panjang- yang sebagiannya telah kami
terjemahkan dari kitab berjudul Sayyid Quthb karya Shalah Abdul Fattah
al Khalidi, hal. 593-600, penerbit Darul Qalam, Damaskus, yang kami
lampirkan dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang
Terzalimi, hal. 411-418 (edisi lengkap). Lihat juga Al Ikhwan Al
Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubaht wa Rudud, hal. 508- 514.
3.Syaikh Abdullah bin Al Hasan al Qu'ud -rahimahullah.
Seorang ulama Saudi Arabia yang juga menjadi rujukan kaum Salafiyyin.
Syaikh Ibnu Qu'ud telah menasehati Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhali.
Ia berkata, "Telah membawa berita kepadaku lebih dari seorang, tentang
perkataanmu di suatu pertemuan baik-baik -semoga demikian adanya- bahwa
engkau mengatakan buku Ma'alim fi Ath Thariq adalah buku terlaknat.
Subhanallah!! Sebuah buku yang dibayar mahal oleh penulisnya (yakni
Sayyiq Quthb) dengan mati di jalan Allah karena menentang penguasa
komunis Jamal Abdul Nashir, sebagaimana diketahui oleh orang-orang pada
masa itu. Padahal buku tersebut telah diedarkan oleh banyak pihak di
Kerajaan Saudi ini selama bertahun¬tahun, di mana mereka adalah
orang-orang berilmu dan berdakwah kepada Allah. Bahkan, banyak di antara
mereka adalah para syaikh dari syaikh-syaikhmu. Dan, tidak ada seorang
pun di antara mereka mengatakan seperti yang engkau katakan.
Akan tetapi, engkau ini -wallahu a'lam- tidak mau memahami lebih
mendalam apa yang engkau bicarakan sebelum marah, terutama untuk
tema-tema semacam: Jail Qur'ani Farid (Satu-satunya Generasi Da'wah),
Jihad, Laa Ilaaha Illallah manhaj kehidupan, Jinsiyyatu Al Muslim
Aqidatuhu (Warga negara/Identitas seorang Muslim adalah Aqidahnya),
Isti'la Al Iman (Kesombongan/ Ketinggian Iman), Hadza Huwa Ath Tharid
(Inilah Dia Jalan -yang benar), .... Dan lain-lain dimana maknanya
secara keseluruhan adalah keberagamaanmu kepada Allah? Bagaimana engkau
nanti jika berdiri di hadapan Allah ketika orang ini (Sayyid Quthb)
mendebatmu? Padahal, orang ini telah bertahun-tahun lamanya secara
berturut¬turut disifati oleh media massa Saudi sebagai syahidul Islam?"
(Abduh Zlfidar Akaha, Siapa Teroris? Siapa Khawarij?, hal. 325-326)
4.Syaikh al 'Allamah Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh -hafizhahullah.
Mufti Kerajaan Saudi Arabia saat ini, pemgganti Syaikh bin Baz. Syaikh
ini mengkritik balik orang-orang yang mengkritik Sayyid Quthb.
Beliau berkata, "Kitab tafsir Fi Zhilalil Qur'an adalah kitab yang
bermanfaat. Penulisnya menuliskannya agar Al Qur'an ini dijadikan
sebagai undang-undang kehidupan. Kitab ini bukanlah tafsir dalam arti
kata harfiyah, tetapi penulisnya banyak menampilkan ayat-ayat Al Qur'an
yang dibutuhkan oleh seorang muslim dalam hidupnya ... Di sana ada orang
yang mengkritik sebagian istikah yang terdapat dalam kitab ini. Namun,
sesungguhnya hal-hal yang dianggap kesalahan ini adalah dikarenakan
indahnya perkataan Sayyid Quthb dan tingginya gaya bahasa yang beliau
pergunakan di atas gaya bahasa pembaca. Inilah sebetulnya yang tidak
dipahami oleh sebagian orang yang mengkritiknya. Kalau saja mereka mau
menyelaminya lebih dalam dan mengulangi bacaannya, sungguh akan jelas
bagi mereka kesalahan mereka, dan kebenaran Sayyid Quthb." (Ibid, hal.
326)
Ucapan Syaikh ini mengingatkan kami kepada Andi Abu Thalib
al Atsary (nama aslinya Andi Bangkit), penulis Menyingkap Syubhat dan
Kerancuan Ikhwahul Muslimin, Penerbit Darul Qalam, pada hal. 73 catatan
kaki no. 56 yang begitu tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengetahui
seluk beluk bahasa Arab.
Kami tidak tahu, kira-kira apa yang
akan dikatakan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh kepada Andi Abu
Thalib, kalau dia tahu ada omongan pemuda Indonesia -tentu tidak
menjadikan bahasa Arab sebagai pengantar komunikasinya- yang tega
menyebut Sayyid Quthb tidak mengerti bahasa Arab. Padahal kritikan
Syaikh di atas diarahkan untuk para pengkritik Sayyid Quthb dari
kalangan orang Arab (tentu berbahasa Arab) bahkan syaikh-syaikhnya.
Sungguh, amat berbeda antara ucapan orang berilmu seperti syaikh yang
mulia ini, dibanding ucapan penuntut ilmu itu. Bahkan Syaikh Bakr Abu
Zaid ketika membela Sayyid Quthb dari celaan. Syaikh Bakr Abu Zaid
mengatakan bahwa perbedaan bahasa yang digunakan Sayyid Quthb dan Syaikh
Rabi' seperti perbedaan bahasa antara mahasiswa dan anak I'dadi
(persiapan bahasa), sehingga si anak I'dadi tidak begitu paham dengan
bahasa si mahasiswa.(Ibid, hal. 322)
Itu perbandingan dari
Syaikh Bakr Abu Zaid tentang kemampuan berbahasa Arab antara Sayyid
Quthb dan Syaikh Rabi' (yang seorang guru besar, Profesor di Universitas
Islam Madinah), lalu bagaimana perbandingan antara Sayyid Quthb dengan
Andi Abu Thalib yang orang Indonesia, mantan santri di pesantren Jawa
Timur dan kuliah di Sastra Jepang UI angkatan 1999M. Jangan sampai
pembaca Tatsqif mengumpamakannya seperti perbedaan Mahasiswa dengan
balita!
Maka, wahai pembaca, bukankah selayaknya ini disebut
kesombongan penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwanul Muslimin,
agar ia bisa berbangga- bangga dengan ilmunya di depan ulama.
Dari Jabir radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah 'Alaihi Shalatu was Salam
bersabda: "Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakannya kepada
para ulama dan melecehkan orang-orang bodoh, dan janganlah kalian
memilih-milih majlis dengan ilmu itu, barangsiapa melakukan hal tersebut
maka api neraka, api neraka (baginya)." (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban
dalam Shahihnya, dan al Baihaqi. Semuanya dari jalur Yahya bin Ayyub al
Ghafiqi dari Ibnu Juraij, dari Abuz Zubair, dari jabir. Yahya
initerpercaya. Asy Syaikhan dan lainnya berhujjah dengannya, dan tidak
dianggap orang yang ganjil (syadz) dalam riwayat ini. Ibnu Majah
meriwayatkan pula dari Hudzaifah. Syaikh al Albany menshahihkan hadits
ini dalam Shahih Targhib wa Tarhib 1/119)
5.Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah.
Pakar Tafsir dan Hadits, dosen pasca sarjana di Universitas Imam
Muhammad bin Su'ud Al Islamiyah, Riyadh. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di
Riyadh. Dia juga seorang anggota Ikhwan, seangkatan dengan Yusuf al
Qaradhawy. Posisinya di Saudi yang demikian tinggi menunjukkan
penerimaan ulama Saudi terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, begitu pula Yusuf al
Qaradhawy pernah menjadi anggota Majelis Tinggi Universitas Islam
Madinah yang direktori Syaikh bin Baz.
Kami ringkas ucapan
Syaikh Manna', dia berkata, "Di antara tokoh jamaah ini yang paling
menoniol adalahseorang alim yang sulit dicari bandingannya dan pemikir
cemerlang, Asy Syahid Sayyid Quthb, yang telah memfilsafatkan pemikiran
Islam dan menyingkapkan ajaran¬ajarannya yang benar dengan jelas dan
gamblang. Tokoh yang menemui Tuhannya, sebagai syahid dalam membela
akidah ini telah meninggalkan warisan pemikiran sangat bermutu, terutama
kitabnya dalam bidang tafsir yang diberi nama Fi Zhilalil Qur'an.
Kitab tersebut merupakan sebuah tafsir sempurna tentang kehidupan di
bawah sinar Qur'an dan petunjuk Islam. Pengarangnya hidup di bawah
naungan Qur'an yang bijaksana sebagaimana dapat dipahami dari penamaan
kitabnya. Ia meresapi keindahan Qur'an dan mampu mengungkapkan
perasaannya dengan jujur ....dst.
Kitab ini terdiri atas
delapan jilid besar dan telah mengalami cetak ulang beberapa kali hanya
dalam beberapa tahun saja, karena mendapat sambutan hangat dari kaum
terpelajar (ilmuwan)." (Ibid, hal. 326-327. Manna Khalil al Qaththan,
Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506-507)
6. Syaikh Umar Sulaiman al Asyqar. Seorang ulama Quwait, dosen Fakultas Syariah di Universitas Quwait
Dia berkata, "Sayyid Quthb -rahimahullah mendalami Islam secara
orisinil sehingga beliau mencapai masalah secara mendasar seperti manhaj
salaf, pemisahan total antara manhaj Al Qur'an dan filsafat, memurnikan
sumber ajaran Islam dari lainnva. membatasi standar hukum hanya dengan
Al Qur'an dan As Sunnah dan bukan pada pribadi atau tokoh tertentu.
Sayyid Quthb menerapkan cara istimbath langsung dari nash seperti yang
dilakukan salaf. Akan tetapi, sayangnya beliau tidak memiliki kesempatan
mempelajari manhaj Islam. oleh karena itu, terkadana ada beberapa titik
rancu dalam tulisannya meskipun beliau sudah berupaya mengkaji secara
serius untuk berlepas dari kerancuan. Pastinya, Sayyid Quthb tidak
melakukan hal tersebut karena hawa nafsunya." (Jasim al Muhalhil,
Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Jawaban, Tuduhan, dan Harapan, hal. 124)
Siapa saja bisa berbuat salah sebab yang ma'shum hanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Namun demikian seharusnya, kita berbaik sangka terhadap kerancuan yang
ada tulisan atau pemikiran ulama, siapapun dia. Kesalahan yang dilakukan
oleh Hasan al Banna, Sayyid Quthb, Yusuf al Qaradhawy, Muhammad al
Ghazaly, kita yakini bukanlah kesalahan yang mereka niatkan dengan
sengaja bertujuan merusak agama sebagaimana yang sering dituduhkan
sebagian orang kepada mereka. Mungkin kesalahan itu sekedar lupa, atau
kesalahan yang masih bisa dimaafkan atau masih bisa didiskusikan.
Pastinya, bukan karena kejahatan dan penistaan terhadap ajaran agama.
Sekiranya tulisan ini dibaca oleh kalangan yang hobi menyerang
tokoh-tokoh Ikhwan, kami berharap semoga Allah Jalla wa 'Ala membuka
hati-hati mereka untuk melihat kebenaran dan objektifitas
http://mumtazamalia.blogspot.com/2012/11/kesaksian-ulama-dunia-thd-al-banna_30.html