Trik Warga Poso Agar Jenazah Mujahid Tak Dibawa Densus 88 ke Jakarta
POSO (voa-islam.com) – Tidak seperti
biasanya..!! Mungkin itu sebuah kata yang pantas untuk disematkan
terhadap jenazah Ahmad Nudin yang dibunuh Densus 88 di jalan Pulau
Irian, dekat dengan pertigaan SMA 3, kota Poso, Sulawesi Tengah pada
Senin (10/6/2013) sore.
Nudin yang saat itu baru selesai menunaikan sholat ashar di masjid
Muhajirin langsung dikejar oleh Densus 88 yang menaiki mobil. Nudin yang
saat itu berboncengan dengan kawannya langsung ditabrak dari belakang
hingga dia dan kawannya terjatuh. Kawannya berhasil lari, namun Nudin
langsung diberondong peluru oleh Densus 88.
Setelah terjatuh, Nudin kemudian ditembak sejumlah anggota Densus 88
yang keluar dari mobil hingga dirinya menghembuskan nafas terakhirnya.
Kebrutalan Densus 88 tak cukup sampai disitu. Meski sudah meninggal
dunia, menurut keterangan salah satu warga, jenazah Nudin masih disiksa
dan diinjak-injak dibagian wajahnya.
Melihat kejadian tersebut, ada salah satu warga yang memberitahukan
hal tersebut kepada pihak keluarga yang rumahnya tak jauh dari TKP
dibunuhnya Nudin. Seketika itu pula, terjadi kerumunan massa yang cukup
banyak. Lama kelamaan, masyarakat Poso yang berkumpul semakin banyak dan
mencapai ribuan orang.
…Poso bukan seperti daerah lain, kalau ada penembakan warga aktivis
Islam yang dituduh teroris, masyarakat cuma jadi penonton. Tapi kalau di
Poso tidak seperti itu, masyarakat malah membela dan melawan Densus…
Mereka kemudian bergerak ke Polres Pasar Poso dan RSUD Poso,
menuntut agar jenazah Nudin yang merupakan tetangga, kerabat dan
saudara sesama muslim mereka dikembalikan. Namun sangat disayangkan,
demo yang mereka lakukan dengan damai disambut aparat gabungan TNI dan
Polri yang bersenjata lengkap dengan menembakkan gas air mata.
Tak hanya gas air mata, polisi yang rata-rata merupakan anggota
Brimob tersebut juga memuntahkan peluru tajam ke arah warga masyarakat
yang berdemo. Karena terdesak, massa kemudian membela diri dengan balas
melempari aparat gabungan tersebut dengan kayu dan batu seadanya yang
ada dipinggir jalan.
Demo tersebut berlangsung hingga Senin (10/6/2013) malam harinya,
namun tidak sampai tengah malam bentrokan tersebut berhenti. Kemudian
pada Selasa (11/6/2013) pagi harinya sekitar pukul 07.30 WITA, aparat
gabungan TNI dan Polri melakukan penyisiran di Jalur Kayamanya menuju
kelurahan Moengko.
Melihat warga yang berkerumun, di sekitar Hotel Kartika, aparat
Brimob langsung menembakkan gas air mata dan peluru tajam ke arah warga
tanpa melakukan mediasi terlebih dahulu. Mendapat serangan mendadak
tersebut, para warga kemudian mencari tempat berlindung.
…Saya harap didaerah lain yang mayoritas muslim bisa membela orang-orang yang dianggap dan dituduh sebagai teroris…
Akan tetapi karena tidak ada tempat berlindung yang aman, ditambah
lagi dengan serangan aparat yang semakin brutal, warga kemudian
membalasnya dengan melemparkan batu yang ada dipinggir jalan ke arah
aparat. Disini, bentrokan kembali terjadi hingga Pada Selasa siang hari.
Tidak berselang lama, tersiar kabar bahwa jenazah Nudin akan
dikembalikan pihak kepolisian kepada pihak keluarga pada Selasa malam
harinya. Akhirnya masyarakat menghentikan sementara waktu aksi demonya.
Dan benar saja, waktu adzan magrib berkumandang, jenazah Nudin tiba dirumahnya di Jalan Pulau Jawa 2, Gebang rejo, kecamatan Poso Kota, kabupaten Poso.
Setelah selesai dikafani dan disholatkan oleh warga sekitar dan warga
Poso yang dari luar Poso, jenazah Ahmad Nudin langsung dimakamkan
sehabis sholat isya’. Nampak hadir diantara pelayat adalah Ustadz Adnan
Arsal, salah satu tokoh umat Islam Poso yang juga memberikan tashiyah
sebelum jenazah dikebumikan.
Sementara itu, warga Poso berinisial HN mengungkapkan proses dan
perlakuan aparat kepolisian yang tak biasa terhadap jenazah Nudin.
Menurutnya, proses yang bertele-tele dalam mengurus jenazah mujahid yang
dibunuh Densus tak perlu terjadi, karena modus pembunuhannya dan
pembunuhnya sudah jelas, yakni Densus 88.
…Harapan saya kepada kalian (masyarakat dan umat Islam yang ada
diluar Poso -red), tetaplah berdoa dan berusaha agar kita bisa berjuang
bersama-sama membela Islam hingga ajal menjemput kita, sebagaimana yang
sudah dicontohkan oleh warga masyarakat Poso…
Disamping itu, jika biasanya jenazah para mujahid yang ditembak mati
Densus 88 harus menunggu proses yang lama, seperti harus dibawa ke
Jakarta dulu, diambil sampel test DNA keluarga yang ribet, dan
lain-lainnya, menurutnya hal itu hanya akal-akalan polisi.
Tak lebih dari dua hari setelah didemo besar-besaran sebagai bentuk
solidaritas, maka jenazah akan dikembalikan. Dan hal itu terbukti saat
jenazah Nudin dibunuh Densus 88. Masyarakat Poso bergerak bersama-sama
untuk membantu keluarga yang dituduh teroris dan melawan Densus 88.
“Poso bukan seperti daerah lain, kalau ada penembakan warga aktivis
Islam yang dituduh teroris, masyarakat cuma jadi penonton. Tapi kalau di
Poso tidak seperti itu, masyarakat malah membela dan melawan Densus,”
kata HN kepada voa-islam.com pada Rabu (12/6/2013) sore.
Dirinya pun mengharap akan apa yang dilakukan warga Poso bisa ditiru
warga dan kaum muslimin lainnya diluar Poso. Hal itu, menurutnya
merupakan bentuk ukhuwah Islamiyyah sesama muslim. Dia mengingatkan
bahwa ukhuwah itu bukan hanya sekedar slogan dan ucapan, namun butuh
aplikasi nyata.
…Akankah sikap dan pembelaan warga serta kaum muslimin di Poso ini
dicontoh dan dilakukan oleh kaum muslimin di tempat lain yang merupakan
mayoritas dengan jumlah penduduk umat Islam terbesar di Indonesia?...
“Saya harap didaerah lain yang mayoritas muslim bisa membela orang-orang yang dianggap dan dituduh sebagai teroris,” himbaunya.
Terakhir, dirinya berpesan kepada kaum muslimin untuk selalu dan
saling mendoakan kepada sesama muslim. Perjuangan umat Islam panjang dan
butuh pengorbanan, sedangkan musuh khususnya Densus 88 sudah semakin
nyata menyerang. Untuk dirinya menegaskan bahwa usaha untuk membela
warga, aktivis Islam dan mujahid yang dituduh teroris harus dilakukan
semua orang.
“Harapan saya kepada kalian (masyarakat dan umat Islam yang ada
diluar Poso -red), tetaplah berdoa dan berusaha agar kita bisa berjuang
bersama-sama membela Islam hingga ajal menjemput kita, sebagaimana yang
sudah dicontohkan oleh warga masyarakat Poso,” tandasnya.
Akankah sikap dan pembelaan warga serta kaum muslimin di Poso ini
dicontoh dan dilakukan oleh kaum muslimin di tempat lain yang merupakan
mayoritas dengan jumlah penduduk umat Islam terbesar di Indonesia?
Wallahu a’lam.
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/06/14/25225/trik-warga-poso-agar-jenazah-mujahid-tak-dibawa-densus-88-ke-jakarta/