Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia, Noel N. Lehoko, mengatakan
bahwa batik yang selama ini dikenakan mantan Presiden Afrika Selatan,
Nelson Mandela, merupakan batik buatan Indonesia. Mandela mulai
mengenakan kain warisan budaya Indonesia itu saat dia diberi tanda mata
usai mengunjungi tanah air.
Demikian ungkapan Lehoko yang
ditemui media usai jadi pembicara dialog hari internasional Nelson
Mandela di kantor pusat informasi PBB (UNIC) di Menara Thamrin, Kamis 18
Juli 2013. Menurut Lehoko, batik sudah dikenal warga Afsel sebagai
kebudayaan asli Indonesia yang diakui secara internasional oleh badan
PBB, UNESCO.
"Saya dapat pastikan kepada Anda sekalian, bahwa
batik yang kerap digunakan Mandela merupakan asli buatan Indonesia.
Belum pernah sebelumnya saya melihat ada seorang Presiden atau mantan
Presiden yang dari bangun tidur hingga beristirahat kembali selalu
menggunakan batik," kata dia yang disambut tawa para pewarta berita.
Mandela
mengenakan batik untuk segala situasi, termasuk saat berkunjung ke
negara-negara sahabat. Usai dikenakan Mandela, Lehoko mengatakan, batik
kemudian menjadi populer, karena rakyat Afsel berbondong-bondong ikut
mengenakannya. Di sana batik yang digunakan Mandela disebut sebagai
kemeja Madiba atau Madiba Shirt.
"Warga Afrika sangat
mengidolakan sosok Mandela sehingga mereka ingin sekali terlihat mirip
seperti dia. Lalu mereka ikut mengenakan batik dan mereka tahu batik itu
berasal dari Indonesia," imbuh Lehoko.
Batik kemudian juga ikut
menginspirasi beberapa desainer lokal Afsel yang membuat motif batik
baru. Lehoko menyebut saking termahsyurnya batik Indonesia, beberapa
delegasi bisnis Afsel yang berkunjung ke tanah air rela menghabiskan
waktunya seharian untuk berburu batik sebagai cinderamata.
Selain
batik, Indonesia juga dikenal sebagai penghasil produk mie instan, tas,
sepatu dan ragam produk yang terbuat dari kulit. "Indonesia
perlahan-lahan mulai dikenal sebagai negara yang memiliki perekonomian
yang kuat di Afsel," kata Lehoko.
Menurut Lehoko, dengan
dikenalnya Indonesia di Afsel, seharusnya dapat dijadikan titik masuk
bagi para pengusaha tanah air untuk merengkuh pangsa pasar di Benua
Afrika. Hal serupa juga diungkap Direktur bidang Afrika dari Kementerian
Luar Negeri, Lasro Simbolon, yang turut menjadi pembicara dalam dialog
itu.
Menurut Lasro, dengan sudah dikenalnya batik buatan
Indonesia, maka para pengusaha dan desainer lebih pro aktif dengan
mengoptimalkan peluang yang ada.
"Para pengusaha, pedagang dan
desainer seharusnya bisa lebih mengoptimalkan dan menyiasati peluang
ini. Mereka dapat memanfaatkan teknologi komunikasi informasi yang ada
saat ini supaya batik Indonesia semakin dikenal di Benua Afrika," kata
Lasro.
Sementara dari pihak Kemlu akan terus membantu dengan
melakukan berbagai pameran untuk mengenalkan kebudayaan asli karya anak
bangsa.
"Kami secara rutin mengadakan pameran atau berbagai
acara penting sambil mengenalkan batik. Selain itu Kemlu terus
memperkuat mekanisme bilateral di Afrika seperti adanya komisi
perdagangan dengan Afsel," ucap dia.