KAIRO -- Menteri Dalam Negeri Mesir mengeluarkan ancaman untuk
Ikhwanul Muslimin karena terus menyerukan demonstrasi mendukung presiden
terguling, Muhammad Mursi. Dia berjanji akan bertindak tegas terhadap
upaya mengguncang negeri.
Peringatan yang dikeluarkan pada Ahad (28/7), datang setelah jumlah
korban tewas dalam bentrokan akhir pekan antara pendukung Mursi dan
pasukan keamanan mencapai 72 orang. Insiden itu merupakan kekerasan
paling parah sejak kudeta militer 3 Juli.
"Saya meyakinkan
rakyat Mesir bahwa polisi akan memelihara keamanan negara dan sanggup
melakukan itu," ujar Menteri Dalam Negeri Mesir, Muhammad Ibrahim
dikutip
Al Jazeera Ahad (28/7).
Sementara itu, Wakil
Perdana Menteri untuk Hubungan ekonomi, Ziad Bahaa El-Din mengatakan
pemerintah seharusnya tidak meniru tindakan penekanan dan politik
eksklusif pada musuh.
"Posisi kita harus menyediakan jaminan
hukum bukan hanya kepada anggota Ikhwanul, tetapi kepada setiap warga
negara Mesir," ujarnya.
Pada Ahad, pendukung Mursi berjanji
meneruskan protes. Kekerasan sporadis dilaporkan terjadi di seluruh
negeri sepanjang Sabtu malam termasuk di kota terusan Suez. Kepala HAM
PBB, Navi Pillay menyatakan keprihatinannya pada kekerasan di Mesir.
"Meski
sudah ada peringatan, semua permintaan untuk menahan diri, lebih dari
150 warga Mesir tewas dalam protes selama bulan lalu, bukan hanya di
Kairo tetapi di kota lain. Saya khawatir dengan masa depan Mesir jika
militer dan pasukan keamanan, begitu juga demonstran, terus mengambil
jalan konfrontasi dan agresif," ungkapnya.