Enam tokoh Ikhwanul Muslimin telah
meloloskan diri setelah penggulingan Presiden Mursi pada 3 Juli 2013 lalu.
Mereka diselundupkan ke Jalur Gaza untuk memimpin perlawanan terhadap Militer
Mesir.
Kelompok ini dikomando oleh Prof Dr
Mahmud Izzat Ibrahim, yang dikenal sebagai “tangan besi”nya Ikhwanul Muslimin
dan menempati urutan keempat dalam hirarki kepemimpinan Muhammad Badi’,
demikian dilansir Debka File, 11 Agustus 2013 lalu.
Dilaporkan, para tokoh yang berhasil
menembus Gaza saat berlangsungnya kudeta atas Mursi itu, mendirikan pusat
komando di Jalur Gaza, di Hotel Gaza Beach, untuk mengoperasikan perlawanan
terhadap militer Mesir, bekerjasama dengan Hamas dan kelompok Bedouinn Salafi
di Sinai. Kelompok ini merencanakan revolusi dari Sinai untuk merebut kembali
pemerintahan yang dirampok militer dukungan AS dan “Israel”.
Sumber intelijen Barat yang
memonitor pergerakan tokoh ini mengatakan bahwa rencana kelompok ini sangat
rapi dan bagus. Mereka memutuskan untuk memindahkan markas mereka sementara ke
Gaza.
Berdasarkan sumber Debka File,
gerakan Ikhwan tidak pernah membubarkan kelompok para militer bawah tanahnya
dan komandannya selalu dirahasiakan dan dimanipulasi dari sorotan publik sejak
kekuasaan tiga presiden yang lalu dan masih tetap sebagai kelompok rahasia
walaupun Ikhwanul Muslimin memenangkan pemilu Mesir pada 2012.
Dalam setiap waktu Ikhwanul Muslimin
selalu siap di belakang sejak pemimpin partai Kebebasan dan Keadilan
dijebloskan ke penjara.
“Pengawal Agung” Prof Dr Mohammad
Badi’ hanya menjadi “Kamuflase” pemimpin Ikhwanul Muslimin yang
sesunggungnya dimana sampai sekarang Mr. X itu tidak diketahui. Namun diduga
Mr. X yang menjadi pemimpin sesungguhnya itu adalah Prof Mahmud Izzat Ibrahim,
yang dirahasiakan secara ketat dan menjalankan aksinya di Sinai dan Kairo dari
Gaza Beach Hotel, di bawah perlindungan otoritas Palestina di Gaza.
Mahmud Izzat Ibrahim inilah
yang berusaha melakukan perlawanan terhadap aksi sewenang-wenang yang dilakukan
oleh Jenderal Abdul-Fattah As-Sisi. Izzat Ibrahim memimpin ribuan pengikut
untuk melakukan aksi duduk di Kairo yang menyebabkan rezim palsu Mesir
menggunakan kekuatan militer untuk membubarkan aksi ini.
Sementara itu Jenderal As-Sisi tahu
bahwa Ikhwan memiliki basis di Gaza dan markas komando Ikhwan di Gaza ini
harus segera dihancurkan. Namun untuk melakukan serangan ke Jalur Gaza pihak
militer Mesir perlu bantuan IDF (militer “Israel”), termasuk untuk memerangi
kelompok “militan” Al-Qaidah di Sinai. Untuk itulah mengapa baru-baru ini
“Israel” terlibat dalam serangan di Sinai.
Para pengamat menduga, pusat komando
di Gaza ini ada kaitannya dengan dua insiden terakhir dimana salah satunya
adalah serangan misil bandara Eilat di “Israel” pada 8 Agustus 2013 lalu. Hal
ini menyusul peringatan dari intelijen Mesir akan adanya ancaman serangan misil
dari Sinai.
Akhirnya sebagai balasan pada Jumat
9 Agustus 2013 lalu, sumber militer mengatakan bahwa 2 misil ditembakkan oleh
drone “Israel” di Sinai Utara yang menghancurkan sebuah fasilitas peluncuran
misil dan membunuh 4 sampai 5 orang “militan” di daerah Ajarah di Sinai.
Pihak “Israel” sejauh ini tidak mau
mengakui keterlibatannya dalam serangan drone di Sinai. Sedangkan pihak militer
Mesir sendiri menyebutkan bahwa serangan drone “Israel” sebagai koordinasi
militer kedua negara.
Sebuah kelompok “militan” di Sinai
yang bernama Anshar Bait Al-Maqdis diklaim oleh “Israel” telah terbunuh 4 orang
anggotanya oleh serangan balasan drone tersebut.
Sebuah sumber mengatakan bahwa bisa
jadi “Israel” memang tidak mengakui keterlibatannya karena drone ini
dioperasikan oleh militer Mesir, namun sebagaimana diketahui, “Israel”-lah yang
memiliki sistem persenjataan drone itu.
Akhirnya Ahad (11/8/2013) lalu
militer Mesir melaporkan bahwa operasinya telah berhasil menlumpuhkan alat
peluncur misil yang dimiliki oleh kelompok “militan” di Sinai yang diyakini
telah berencana melakukan serangan misilnya ke “Israel”.
Militer Mesir mengklaim telah
membunuh sedikitnya 7 orang dan menahan 6 orang lainnya pada serangan tersebut.
Sebelumnya serangan helikopter Apache Mesir pada Sabtu (10/8/2013) telah
membunuh 4 “militant” di daerah Sheikh Zuwaid di Sinai Utara.
Menteri pertahanan “Israel”
berkomentar, “Militer mesir telah berinisiatif melakukan serangan demi membela
kedaulatannya dan menjaga warga Mesir dari serangan ‘teroris’. Kita tidak akan
membiarkan isu dan spekulasi mengganggu hubungan baik kedua Negara.”
Dengan kondisi seperti ini, sulit
dipungkiri bahwa penggulingan Mursi adalah persekutuan militer Mesir dengan
Zionis “Israel” yang “dibackup” Amerika, karena “Israel” melihat Mursi dengan
Ikhwanul Musliminnya merupakan penyokong perlawanan pejuang Palestina melawan
sang Zionis. (Wongpks/Abu Akmal/salam-online)