4 Hal yang Masih Misteri Dalam Penyerangan Oknum Kopassus ke LP Sleman
Jakarta - Tim investigasi TNI AD sudah mengumumkan 11
oknum Kopassus sebagai pelaku penyerangan LP Sleman. Langkah TNI AD
patut diapresisasi. Tapi ada yang masih menjadi tanda tanya, menyimpan
misteri soal penyerangan itu.
"Tentara tidak pernah melakukan
sesuatu tanpa perencanaan," kata mantan Panglima TNI Jenderal (Purn)
Endriartono Sutarto saat berbincang, Jumat (5/4/2013).
Tercatat ada 4 hal yang masih perlu diungkap. Berikut hal-hal tersebut:
1. Operasi spontan dari Gunung LawuKetua
Tim Investigasi Brigjen Unggul K Yudhoyono menyebut pelaku penyerangan
11 oknum Kopassus melakukannya sebagai aksi spontan. Mereka bergerak
begitu mendengar ada rekan mereka yang tewas dibunuh dan dianiaya preman
di Hugos Cafe.
Seorang prajurit berinisial U kemudian mengajak
rekannya. Mereka pun mendapatkan informasi dari masyarakat soal
keberadaan 4 pelaku pengeroyokan Deki Cs di LP Sleman.
Aksi kejam
Deki Cs atas Sertu Heru yang disebut sedang bertugas terjadi pada
Selasa (19/3), sedangkan aksi penyerangan LP Sleman dilakukan pada Sabtu
(23/3). Ada jeda beberapa hari, mustahil penyerangan tak direncanakan.
Para
pelaku menggunakan beberapa mobil ke LP Sleman, dengan senjata lengkap.
Bahkan dengan penutup kepala, rompi, dan juga penyamaran ala petugas
polisi yang hendak meminjam tahanan. Saat bergerak mereka juga mengincar
CCTV. Benarkah ini operasi spontan dari Gunung Lawu?
2. Granat yang Tak TerungkapKetua
Tim Investigasi Brigjen Unggul K Yudhoyono menyebut adanya senjata
replika yang digunakan dalam aksi itu. Sedang beberapa senjata api yang
digunakan diambil dari tempat latihan di Gunung Lawu.
Keterangan
saksi-saksi, seperti yang disampaikan Komnas HAM para pelaku membawa
senjata laras panjang. Memakai rompi, ada handytalkie, dan granat.
Bahkan granat digunakan untuk mengancam petugas LP Sleman.
Tim
Investigasi menyebut, aksi ini memakai senjata di tempat latihan,
sehingga tak diketahui. Nah, tentara adalah organisasi yang amat
disiplin dan teratur. Amat sangat berbahaya senjata yang ada markas TNI
tak diketahui keluarnya. Tentu hal ini masih menyimpan tanya.
3. Aksi Hanya Libatkan Bintara dan Tamtama
Benarkah
aksi penyerangan LP Sleman hanya melibatkan bintara dan tamtama saja?
Kapuspen TNI Laksda Iskandar Sitompul meyakini, aksi ini tak melibatkan
perwira.
"Semua pelaku tidak ada yang lebih tinggi dari bintara
dan tamtama," kata Kapuspen TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul di
Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat (5/4).
Kadispen TNI AD
Brigjen Rukman Ahmad juga menegaskan, hasil penyelidikan hanya sebatas
pada anggota yang terlibat, 11 orang tak ada pihak lain. TNI sudah
menutup celah, penyelidikan hanya pada sebatas prajurit saja. Perwira
tak tersentuh
Bukankah komandan pasukan adalah 'ayah' bagi anak
buahnya. Perlu diselidiki lagi bila komandan tak tahu pergerakan anak
buahnya. Yang bergerak belasan orang dengan membawa senjata api. Sikap
ksatria prajurit TNI yang jujur patut diacungi jempol. Bagaimana dengan
yang lain?
4. Mr X yang Mencegah dan Tak Berhasil
Ada yang
menarik dalam jumpa pers yang digelar tim investigasi TNI AD. Ketua tim,
Brigjen Unggul K Yudhoyono menyebut sudah ada kendaraan yang berusaha
mencegah aksi penyerangan Kopassus ke LP Cebongan. Namun aksi itu gagal.
"Dua
orang menggunakan 1 unit kendaraan Feroza yang berusaha mencegah
tindakan tersebut. Namun ternyata tidak berhasil," kata Unggul, Kamis
(4/4).
Apa yang disampaikan Unggul ini menyimpan tanya. Siapa dua
orang itu yang berusaha mencegah? Mengapa mereka tak melaporkan
pergerakan itu ke atasan mereka? Tentu sikap transparansi yang sudah
dilakukan TNI patut dipuji. Dan alangkah lebih baik, sikap ksatria 11
prajurit ditiru yang lain.
(gah/asp)
Sumber : Detiknews.com