JAKARTA, KOMPAS.com — Sosok Presiden ketiga
Indonesia, BJ Habibie, disebut sangat melekat dan inpiratif bagi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Dia dinilai telah mengajarkan bahwa politik
dan kekuasaan tidak bisa mengalahkan cinta yang begitu besar kepada
bangsa dan rakyat Indonesia.
"Karenanya, PKS menobatkan Habibie
sebagai Guru Demokrasi Indonesia," kata Presiden PKS, Anis Matta, dalam
Dialog Demokrasi dan Peradaban Internasional yang diadakan Bidang
Kebijakan Publik DPP PKS di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (11/4/2013)
malam.
Anis menyebut Habibie sebagai "sosok spesial" untuk
partainya. "Inspirasinya mengajarkan bahwa politik dan kekuasaan harus
didekati dengan cinta dan bukan untuk kepentingan pragmatis dan golongan
semata. Inilah budaya politik yang menjadi inspirasi bagi PKS," tegas
Anis, dalam siaran persnya.
Dialog ini adalah rangkaian acara
untuk memperingati Milad ke-15 PKS. Anis mengatakan PKS adalah partai
yang lahir sebagai "anak kandung" reformasi. Hal itu tidak lepas dari
peran Habibie yang membuka keran demokrasi dan mengantarkan Indonesia
melewati transisi pada 1999.
"Jangan lupa, PKS atau PK pada waktu
itu didirikan dengan tanda tangan Pak Habibie. Kami adalah anak muda
yang diberi pintu masuk oleh Pak Habibie untuk ikut serta membangun
bangsa melalui jalur politik. Memperingati Milad PKS adalah memperingati
reformasi itu sendiri," jelas Anis.
Anis menegaskan, pelajaran
penting dari Habibie adalah pada kemampuannya mendekati politik dan
kekuasaan dengan cinta. Bagi Habibie, lanjutnya, meninggalkan kekuasaan
bukanlah sesuatu yang harus diratapi dengan kesedihan.
"Seseorang
yang merebut kekuasaan dengan cinta maka akan meninggalkan kekuasaan
dengan cinta. Cinta yang (lebih) besar kepada rakyat daripada
kepentingan pragmatisnya. Inilah budaya politik yang diajarkan Pak
Habibie dan menjadi inspirasi PKS untuk terus berkiprah dalam demokrasi.
Bahwa kekuasaan dan politik adalah sarana untuk menuju kesejahteraan
rakyat," tutup Anis.