INILAH.COM, Jakarta - Yenny Wahid masuk Partai Demokrat.
Berita itulah yang mengejutkan dalam beberapa hari terakhir ini.
Manuver Yenny mengingatkan pada Sang Ayahanda Gus Dur yang kerap
melakukan manuver di luar dugaan publik.
Keputusan Yenny
Wahid masuk ke Partai Demokrat setelah partai yang didirikannya, Partai
Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB), gagal menjadi peserta Pemilu
2014, membuat kaget sejumlah pihak. Namun, atas nama ijtihad politik,
Yenny Wahid secara intensif melakukan komunikasi politik dengan elit
Partai Demokrat, khususnya Ketua Umum Partai Demokrat SBY.
"Yenny
komunikasi langsung dengan Pak SBY, dulu kan pernah menjadi Staf Khusus
Presiden," kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok,
Minggu (7/4/2013).
Bentuk keseriusan Yenny ditunjukkan dengan
kehadirannya dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat akhir Maret
lalu. Sepekan sebelum KLB digelar, Yenny bersama Sang Ibunda Shinta
Nuriyah juga bertandang ke kediaman SBY di Cikeas, Jawa Barat.
"Keluarga
besar KH Abdurrahman Wahid juga sudah lama ingin bersilaturahim ke
kediaman Presiden SBY di Cikeas," kata Juru Bicara Keluarga Gus Dur
Imron Rosyadi Hamid saat menjelaskan kehadiran Yenny dan Ibunya ke
kediaman SBY.
Seiring perjalanan waktu, Yenny pun serius maju
sebagai calon anggota legislatfi dari Partai Demokrat. Ia secara resmi
mengembalikan formulir pencalegan sebagai anggota DPR RI. Tidak sekadar
itu, secara kalkulasi politik, Yenny pun berpeluang menjadi Wakil Ketua
Umum Partai Demokrat mendampingi SBY. "Yenny berpotensi menjadi Wakil
Ketua Umum Partai Demokrat. Kalau ada Yenny Wahid, Nurhayati Assegaf
akan terkalahkan," sebut Mubarok.
Menurut Mubarok, Yenny cukup
pantas menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Menurut dia, putri Gus
Dur itu merupakan sosok yang cerdas, representasi Gus Dur dan NU, serta
kerap membuat pernyataan kontroversial yang positif. "Partai Demokrat
dan Yenny Wahid akan saling menguntungkan," imbuh Mubarok.
Politik
memang cukup dinamis. Siapa sangka Yenny Wahid bergabung dengan Partai
Demokrat. Justru saat partai yang ia dirikan gagal menjadi peserta
Pemilu 2014, Yenny disebut-sebut akan masuk di Partai Gerindra. Partai
ini tidak asing dengan Yenny Wahid. Selain suaminya, Dhohir Farisi kini
menjadi anggoat DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, dalam Pemilu 2009
lalu, Yenny Wahid turun langsung ke lapangan berkampanye untuk Partai
Gerindra.
Keterkejutan lainnya, Yenny selama ini bersuara kritis
terhadap pemerintahan SBY. Sikap kritis Yenny mulai tampak ke permukaan
sejak dirinya tidak lagi menjadi Staf Khusus Presiden SBY Bidang
Komunikasi Politik.
Apalagi, saat konflik antara dirinya dengan A
Muhaimin Iskandar di PKB, Yenny menuding pemerintahan SBY berada di
belakang Muhaimin Iskandar. Hal itu ditunjukkan dengan koalisi PKB dan
Partai Demokrat dalam Pilpres 2009 lalu. "Itu semakin mengaskan kami,
bahwa ada konspirasi pemerintahan SBY untuk memenangkan Muhaimin selama
proses di pengadilan," tuding Yenny pada Jumat (23/3/2009) silam.
Memang,
sejak PKB A Muhaimin Iskandar menang dalam proses hukum dengan Gus Dur,
stigma partai ini berada di kubu SBY cukup lekat. Stigma itu kian
melekat di saat proses politik di Parlemen terkait dengan isu-isu yang
erat dengan pemerintahan. Mulai soal kasus angket Century, angket pajak
dan isu politik lainnya, PKB setia bersama Partai Demokrat.
Ketua
Umum PKB A Muhaimin Iskandar mengomentari tentang bergabungnya Yenny
Wahid ke Parrtai Demokrat. Bagi Muhaimin, tidak ada masalah Yenny Wahid
bergabung ke Partai Demokrat. Menurut dia, sejak Pemilu 2009 lalu Yenny
sudah tidak lagi di PKB. "Sudah tidak ada hubungannya, dan tidak
masalah," kata Muhaimin di kantor DPP PKB, Jakarta, Minggu (7/4/2013).
Saat
ditanya apakah kepindahan Yenny Wahid ke Partai Demokrat akan
memengaruhi suara PKB dalam Pemilu 2014 mendatang, Muhaimin enggan
menjawabnya. Ia justru berseloroh. "Itu urusan masing-masinglah," kata
Muhaimin yang juga Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi ini.
Langkah
SBY yang aktif mengajak Yenny Wahid bergabung ke Partai Demokrat dan
sikap responsif Yenny Wahid atas ajakan SBY jelas melalui kalkulasi yang
matang dari masing-masing pihak. SBY dan Partai Demokrat berkepentingan
dengan ceruk suara para pendukung Gus Dur dan kalangan Nahdliyin.
Begitu juga Yenny membutuhkan kendaraan politik sebagai ajang artikulasi
dirinya dalam kancah politik.
Jika menilik ke belakang, hubungan
SBY dengan keluarga Gus Dur juga bukanlah kali ini. Saat Pilpres 2004,
Gus Dur juga memberi dukungan ke SBY. Meski dalam perjalanannya, Gus Dur
kerap bersikap kritis terhadap pemerintahan SBY saat itu. Walaupun,
sebagaimana ciri khas Gus Dur, hubungan pribadi sesama tokoh tetap
terjalin hangat, meski dalam sikap politik berbeda. Begitu juga SBY juga
memberi penghormatan yang dalam kepada Gus Dur. Saat detik-detik
meninggalnya Gus Dur, SBY juga hadir di RSCM, tempat Gus Dur dirawat.
Akrobat
politik Yenny Wahid yang masuk Partai Demokrat ini mengingatkan publik
atas manuver Gus Dur yang juga memberi banyak kejutan. Seperti langkah
Gus Dur yang menemui mantan Presiden Soeharto termasuk runtang-runtung
Gus Dur dengan putri Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana melalui forum
Istigotsah jelang Pemilu 1997 silam. Kejutan Gus Dur pada akhirnya
dipahami para pengikutnya di belakang hari. Bagaimana dengan kejutan ala
Yenny? kita lihat saja. [mdr]