Sumber-sumber media Zionis menyebutkan bahwa salah satu hasil dari
kudeta militer Mesir yang melengserkan Presiden Mursi adalah semakin
solidnya hubungan antara Kairo dan Tel Aviv. Kedua belah pihak lebih
menjaga apa yang disebutnya “perbaikan besar” dalam hubungan keduanya
“di balik layar”.
Surat kabar Zionis Ha’aretz edisi Ahad (8/9), mengatakan
bahwa hubungan antara Kairo dan Tel Aviv tidak hanya terbatas pada
koordinasi dan kerjasama keamanan saja, namun meluas mencakup pertemuan
kepentingan strategis bersama bagi kedua belah pihak setelah serangkaian
perkembangan dramatik yang terjadi di Mesir sejak Januari 2011.
Penulis Zionis spesialis urusan Arab, Amos Hariel,
menambahkan, “Sangat sulit memprediksi apa yang akan terjadi pada
bulan-bulan mendatang. Namun dalam jangka pendek Israel memetik buah
perubahan besar bagi kemaslahatan keamanannya di front selatan dan
barat.”
Ini berkat aksi-aksi militer yang dilakukan militer
Mesir di Sinai dengan slogan “perang melawan teroris”, yang diikuti
dengan aksi mencekik dan memperketat blokade atas Jalur Gaza dengan
menutup gerbang perlintasan Rafah dan menghancurkan
terowongan-terowongan bawah tanah yang digunakan orang-orang Palestina
untuk memasok bahan-bahan pokok ke Jalur Gaza.
Ha’aretz menyatakan, hubungan Mesir-Zionis telah membaik
secara signifikan. Telah mengembalikan hubungan mesra antara kedua
belah pihak secara normal setelah mengalami masa kekeringan hubungan
saat Mesir dipimpin oleh Presiden Mursi.
Ha’aretz menyatakan, kalangan pimpinan Zionis merasa
lega atas aktivitas militer yang dilakukan Mesir terhadap Jalur Gaza.
‘Israel’ merasa senang dan bahagia setiap hari Mesir terus menekan Jalur
Gaza dan Hamas. Agar yang disebut terakhir ini tidak berani, meski
hanya berfikir, untuk melancarkan serangan rokeet ke ‘Israel’, baik dari
gerakan Hamas maupun dari faksi-faksi kecil dari perlawanan Palestina
yang aktif di Jalur Gaza.
Dalam konteks terkait, Ha’aretz menyatakan bahwa militer
Mesir menyampaikan terima kasih kepada entitas Zionis atas upaya yang
dikerahkan untuk mendukung para jenderal Mesir dan memperkuat posisi
mereka di Washington, serta mendorong para pejabat Amerika agar tidak
menganggap apa yang terjadi di Mesir pada 3 Juli lalu itu sebagai
kudeta. (PIP/KH)