Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, usulan
Anas Urbaningrum untuk menjadikan
Susilo Bambang Yudhoyono
maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilu 2014 mendatang
adalah wajar. Sebab, perang terbuka yang dilakukan mantan ketua umum
Partai Demokrat ini tak lagi terjadi secara internal, namun sudah menjadi konsumsi publik.
"Menurut saya, sejak Pak Anas berhenti jadi ketua umum
Partai Demokrat, sejak itu konflik
SBY dan Anas terbuka. Tak lagi milik keduanya, tapi telah menjadi konsumsi publik," ujar Zuhro saat dihubungi
merdeka.com, Jakarta, Kamis (5/12).
Lebih lanjut, Zuhro menambahkan, hubungan Anas dan
SBY semakin renggang sejak Anas berhenti jadi ketua umum partai. Usulan Anas terhadap
SBY agar bersedia maju sebagai cawapres 2014 merupakan sindiran telak terhadap
SBY.
"Ya, itu sindiran dan Pak Anas tidak takut karena punya kartu kunci," kata Zuhro.
Sebelumnya, Anas menyarankan Ketua Majelis Tinggi sekaligus Ketua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk maju kembali dalam Pemilu Presiden 2014 sebagai calon wakil presiden periode 2014-2019. Menurut Anas, SBY adalah kartu truf yang dapat menyelamatkan Demokrat dari keterpurukan dalam Pemilu Legislatif 2014.
Sindiran
Anas terhadap mantan bosnya juga terlontar beberapa bulan lalu dengan
menggunakan Twitter dan BlackBerry Messenger (BBM). Anas memasang foto
dirinya yang sedang merangkul anak pertamanya, Akmal, di display picture
BBM miliknya. "Anas-Akmal: Bukan Ketum dan Sekjen," tulis Anas di
status BBM-nya, Selasa (23/4).
Mantan ketua umum
Partai Demokrat
itu menyebut foto dengan anaknya itu sebagai, "Persaudaraan Duren
Sawit." Anas beserta keluarga memang tinggal di Kecamatan Duren Sawit,
Jakarta Timur.
Di Twitter, Anas juga mem-posting foto tersebut.
Saat dikomentari oleh salah satu follower-nya, Anas berkicau sama dengan
status BBM-nya. "Bukan ketum dan sekjen," kicaunya.