Selain kubu
Anas yang berani
memutus demokrasi figuritas di dalam tubuh Demokrat adalah kubu Marzuki
Ali. Kubu Marzuki Ali terhitung sangat berani menantang kubu cikeas,
keberanian itu tidak hanya sebelum KLB, tapi sudah semenjak pemilihan
Ketua umum silam. Maka pantas SBY tidak respek kepada Marzuki Ali.
Kita lihat bagaimana sepak terjang Marzuki Ali yang
selalu meresahkan kubu cikeas di KLB lalu, walau kemudian Marzuki Ali
harus menelan pil pahit untuk kedua kalinya, karena politiknya
dipatahkan SBY dengan pemilihan ketua umum secara aklamasi.
Akan tetapi apa keterkaitanya dengan kecenderungan politik Abraham Shamad?
Andai Marzuki Ali tidak berkomentar bahwa Abraham
Shamad adalah orang kampung karena ketika berbicara Abraham Shamad
selalu lugas dan tidak berputar-putar, sebagaimana dirinya.
Andai Marzuki Ali tidak berkomentar bahwa
seharusnya yang bertanggung jawab tentang bocornya sprindik, tidak hanya
Abraham Shamad, akan tetapi pimpinan KPK lainya juga ikut terlibat
dalam tanggung jawab.
Karena pernyataanya yang seperti itu, akan menimbulkan spekulasi tentang sprindik dan kecenderungan politik pimpinan KPK.
Pertama; Dengan keluarnya sprindik yang dilakukan
oleh WS, itu telah membuat Marzuki Ali senang, karena membuka peluang
bagi dirinya untuk bisa kembali naik sebagai ketua umum partai demokrat.
Orang ketika memuji, itu kan ada sebabnya, bisa
karena ada kesamaan sudut pandang dan bisa karena mendapatkan keuntungan
dari yang dipujinya baik secara langsung atau tidak langsung.
Kedua; Marzuki Ali melihat dan tahu bahwa hanya
Abraham Shamad saja yang berani menantang cikeas, sementara para
pimpinan KPK lainya, mungkin berpihak kepada cikeas atau tidak mau
mengambil resiko untuk berpolemik dengan SBY. Mereka lebih memilih aman.
Keberanian itu terlihat misalnya dengan membuka
kembali kasus century yang selama ini dipetieskan, yang mungkin saja
akan menyeret SBY. Ini jelas ajakan perang kepada SBY.
Sehingga dari pernyataan Marzuki Ali itu, penulis
menyimpulkan bahwa yang netral dan berani terhadap cikeas dari para
pimpinan KPK hanya Abraham Shamad, dan itu mendorong Marzuki Ali memuji
Abraham dan mengatakan bahwa para pimpinan KPK lainya mesti ikut
bertanggung jawab.
Sebab dengan kecenderungan para pimpinan KPK, yang
mungkin berpihak kepada cikeas atau memilih aman, itu tidak menutup
kemungkinan sebenarnya para pimpinan KPK itu tahu tentang apa yang
dilakukan oleh oleh Wiwin, dan atau bahkan membiarkan Wiwin
membocorkanya kepada publik. Membiarkan orang lain terjerumus demi
memancing di air keruh saat itu.
Mereka lebih berpihak kepada cikeas yang sedang
bersitegang dengan Anas, dan tentunya tidak akan menahan ketika sprindik
itu keluar ke public, sebab dengan itu SBY yang mereka pihaki menjadi
pemenang dalam perseteruan itu, dan anas akan tersingkirkan.
Sebenarnya penulis tidak nyaman, KPK yang
seharusnya independent, dan tidak ada keberpihakan kepada siapapun, tapi
malah ada kecenderungan kepada cikeas, penulis jadi berfikir, sebaiknya
KPK dijabat yang golput agar netral…hehe
Dan kalaupun ada tuntutan Abraham Shamad
diturunkan, maka yang seharusnya diganti adalah para pimpinan KPK yang
mungkin berpihak kepada cikeas, atau kalaupun tidak diganti pimpinan KPK
sudah seharusnya berbenah dan meninggalkan semua keberpihakan.
By Adi Andriana di Kompasiana.com